Di
kursi belakang pesawat saya menulis beberapa catatan. Catatan itu rasanya
bagian dari upaya membangkitkan kembali semangat saya untuk menulis buku
harian. Maklum, beberapa tahun terakhir sejak ada Facebook, saya jarang menulis
diary. Lebih banyak menulis di status. Sebelumnya lebih dari 5 diary saya masih tersimpan dengan baik.
Di
atas gunung-gunung Canberra saya kembali ingin menulis diary. Berikut adalah beberapa catatan saya di pesawat saat terbang
dari Sydney ke Melbourne melewati Canberra.
Di
atas Gunung-gunung Canberra
Kulihat gunung tegak berdiri
Kelok-kelok aliran sungai
Semuanya tenang, teduh
Kuteguk Mounth Franklin Water
Sekedar melepas dahaga
Setelah menikmati biskuit kecil
Dari atas Canberra kulihat
gunung-gunung
Begitu tegak, tenang, beberapa bagian
Nampak kabut yang begitu indah
Sementara batas-batas cakrawala
begitu jelas
Garis-garis langit yang seakan
membatasi;
Ini wilayah bumi, ini wilayah langit
Oh gunung-gunung Canberra yang tegak
dan teduh,
Kau jaga alam terkembang di Benua
Kangguru
dan Koala
Oh gunung-gunung Canberra,
Tetaplah kau jaga keseimbangan tanah
luas ini
Tanah yang dicipta Tuhan untuk
manusia
Dari berbagai bangsa yang hidup
bersama
dalam jiwa dan sanubari Australia.
Di atas Canberra, 16/03/2015 10.39 AM
LT.
Pengalaman ketinggalan pesawat karena lama pemeriksaan di Costum yang pakai mesin, pakai orang, dan juga pakai anjing yang endus-endus koper, juga saya tuliskan dalam sebuah narasi berikut.
Lima
Orang Pemakai Syal di Langit Australia
Ada lima orang pemakai syal
yang mereka pesan di Jakarta sebagai
tanda mata buat rekan-rekannya di
Australia
Lima orang di langit Australia
Mungkin rada ngantuk, letih, atau
Bisa jadi berharap-harap akan
mengunjungi
Tanah Kangguru
Lima orang dari Indonesia
Di tengah Maret tahun ini menjadi
duta bagi dialog saling kenal, paham,
dan menjadi mitra untuk mencipta
hidup yang lebih baik
Lima orang pakai syal duduk di kursi
paling belakang, Qantas nama
pesawatnya,
Karena tadi harus berdiri, bahkan
berlari
mengejar-ngejar boarding, tapi terlambat.
16/03/2015
Selain dua narasi ini—saya tidak ingin menyebutnya puisi/syair dan semacamnya—saya juga menulis beberapa narasi lain di atas pesawat. Rasanya cukup indah menulis beberapa narasi di atas pesawat. Rasanya kayak menulis status di Facebook. Mengalir begitu saja. Tapi ini sensasinya lebih tinggi. Di atas pesawat, di negerinya orang. *
No comments:
Post a Comment