![]() |
Seorang lelaki di sebuah sudut |
BEBERAPA perempuan
yang pernah kutanya tentang, apakah menangis bagi mereka adalah solusi atas
masalah yang mereka hadapi? Mereka menjawab, iya, dengan menangis mereka lebih
merasa plong, bisa segera tidur dengan nyenyak dan melupakan masalah-masalah
yang mereka hadapi.
Perempuan lain ada yang
mengatakan bahwa untuk menyelesaikan masalahnya, beliau biasa berbicara. Nah
kalau dia berbicara terus, maka masalah dia akan hilang pelan-pelan, dan plongg
rasanya. (Tapi, bukan keterusan bicara dalam keadaan sendiri kan?)
Tiap negara adalah unik, begitu juga dengan tiap orang,
unik. Ada lelaki yang suka
sekali menangis. Kalau dia ada masalah, dia akan menangis. Tipe lelaki seperti
ini mungkin karena terlalu dekat kepada ibunya, atau terlalu banyak bergaul
dengan perempuan. Akhirnya, emosi dia cepat sekali tertumpah.
Ada lagi, lelaki yang susah
sekali menangis. Waktu almarhumah istriku meninggal, beberapa tahun lalu, orang
bilang, aku itu nggak menangis, nggak keluar air mata. Sebenarnya sih, saya
menangis juga, cuma tangisan itu tidak ditampakkan di depan khalayak ramai.
Saya ingin sekali menahan tetesan itu, dan terbukti saya bisa.
Tapi, tadi siang sangat berbeda bagi saya. Saat
mendengar azan, saya tiba-tiba menjadi sedih, kemudian menangis. Saya teringat saja, kalimat azan Hayya alasshalah dan hayya
alal falah yang artinya "marilah menunaikan salat, dan marilah mencapai
kemenangan." Dari kata ini saya merenungi secara dalam, bahwa shalat itu
membuat kita menang. Tapi kenapa kita masih saja malas saat mendengarkan azan
berkumandang?
Saat shalat, saya menangis
hebat. Ya Allah, saya tidak bisa membendung air mata ini. Imam membacakan
sebuah surat tentang jihad dan sabar. Artinya kurang lebih, bahwa kita itu
jangan dikira mudah bisa masuk surga, kalau Allah belum lihat kita berjihad
(bersungguh-sungguh), dan bersabar menghadapi masalah yang kita hadapi.
Artinya bahwa, kalau kita
ingin masuk surga, maka kita harus berjuang keras menjadi orang yang baik.
Kalau kita jatuh cinta pada sesuatu yang bukan pada tempatnya, maka kita harus
berusaha keras untuk keluar dari situ. Apapun yang terjadi. Walau, kita harus
mengorbankan perasaan kita bahwa kita itu suka, sayang, cinta dan sebagainya
kepadanya.
Kadang saya berpikir, kalau
kita cinta pada seseorang, sesungguhnya, apa dari dia yang kita cintai?
Cantiknya? Kalau masalah cantik, mungkin sekarang masih cantik, tapi kelak juga
kecantikan itu akan memudar. Harta? Kalau ada bencana, hartanya juga akan
tiada. Ketenaran? Itu juga akan sirna. Jadi, apa yang kita cari dari mencintai
seorang wanita?
Beberapa wanita merasa bahwa
dia itu tidak cantik. Dia membandingkan dirinya dengan orang lain. Tentu, itu
perasaannya saja, karena kecantikan itu sesungguhnya tidak bisa dipukul rata
sama. Tiap orang sejatinya punya kecantikan masing-masing, yang tidak
diketemukan pada orang lain. Maksudnya adalah, tiap orang punya sebuah
keunikan, yang tidak dimiliki orang lain.
Pada waktu menangis, saya
sadar bahwa hidup kita ini hanya sementara saja. Sekarang kita bertemu, makan
sama-sama di restoran, kita berpisah, kita kembali ke dunia masing-masing,
kembali ke kesepian hidup masing-masing. Kita semua sering menangis, menjerit
dalam hati akan masalah-masalah kita.
Selama beberapa kurang lebih
enam bulan ini saya jarang sekali menangis. Dulu saya biasa menangis kalau
mengingat dosa-dosa saya. Saya kadang merasa bahwa kalau Allah mencabut nyawa
saya dalam keadaan dosa, ah sungguh malang nasib saya. Tapi, kita saya
bersyukur kepada Allah saya masih bisa diberikan kenikmatan tangisan di siang
hari. Sungguh, enak nian menangis saat kita shalat. Sungguh, bahagia sekali
kita menangisi dosa-dosa kita, dan kita berupaya agak tidak mengulanginya lagi
di lain waktu.
Sampai sekarang ini, saya
menjadi yakin bahwa menangis itu juga miliknya kaum lelaki, yaitu mereka yang
cepat sadar atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Kalau mereka bersalah, mereka
segera berubah, dengan bersujud ke haribaan Allah yang maha kuasa. []
No comments:
Post a Comment