Tuesday, June 23, 2015

'Rumah Baru' di Canberra (8)

Menunggu bagasi di Bandara Canberra

Tiba di Canberra

Naik pesawat Virgin Australia dengan flight VA 269 kami terbang dari Melbourne ke Canberra. Di kursi 2D saya duduk. Terbang di pukul 12.05, kami tiba pukul 13.25. Tiba di Canberra, saat menunggu bagasi, sebuah tulisan menarik bagi saya: Welcome to your new home. Wah, berarti kita punya ‘rumah’ baru di sini. Rumah yang dimaksud bisa berarti dua: rumah dalam arti fisik milik kita, atau rumah dalam artian ketenangan secara simbolik. Saya kira untuk sekarang, arti kedua lebih cocok.

Tak lama kemudian, kami bertemu dengan dua kandidat PhD ANU asal Indonesia: Ahmad Muhajir, dan Fajran Zain. Menumpang mobil berplat BV 42 JZ New South Wales, kami berjalan keluar Bandara Canberra sambil mendengarkan alunan ayat suci Al Quran. Disambut dengan Al Quran adalah hal baik, dan positif menurut saya. Tanpa harus berpatokan pada penelitian pengaruh Al Quran bagi manusia, seorang muslim pasti percaya bahwa Al Quran adalah obat, dan penenang hati manusia. “Dengan mengingat Allah, pasti hati kita tenang,” kata saya dalam hati.

“Ini Lake Burley Griffin,” kata Fajran Zain, sambil menyetir mobil.

Karena hari sudah siang, dan kami belum makan, maka siang itu kami bungkus makanan dari Pide House. Duduk di samping danau Burley sambil makan memberikan sensasi tersendiri. Dari situ, kami menuju Medina apartment.  Dalam perjalanan saya lihat sebuah plang bertuliskan Australian National University.

“Besok kita akan ke sana,” kata Ahmad Muhajir.

“Nah, yang sebelah sana itu Hyatt Hotel Canberra. Ini kelihatannya biasa aja, tapi hotel tertua di sini, dan mahal,” kata Fajran Zain

Tiba di apartment, setelah beristirahat, kami lanjut dijadwalkan dinner dengan Canberra Interfaith Forum.
Description: C:\Users\user\Desktop\MEP 2015\Foto MEP\22 March 2015 Depart to Canberra, Visit Burley Lake, & Dinner with Canberra Interfaith Forum\P_20150322_142216_HDR.jpg
Pide House, makanan halal Turki

Description: C:\Users\user\Desktop\MEP 2015\Foto MEP\22 March 2015 Depart to Canberra, Visit Burley Lake, & Dinner with Canberra Interfaith Forum\P_20150322_154302_HDR.jpg
Sudut jalan di Canberra

Bertemu Canberra Interfaith Forum

Di forum ini hadir berbagai anggota CIF yang sangat beragam. Yang saya ingat karena beberapa di antaranya adalah: Dr. Willie Senanayake (Hindu), Dr. D.P. Hall (Sathya Sai), dan Armadeep Singh. Beberapa lagi saya ingat wajahnya tapi lupa namanya. Dalam kesempatan ini saya berdiskusi lebih intens dengan Ketua CIF, Mr. Dean Sahu Khan karena duduknya bersebelahan. Berdiskusi tentang kondisi umat Islam, hingga dialog antar agama. Saat ini kata beliau, umat Islam lebih banyak mendengar kepada pimpinannya, bukan Al Quran. Padahal seharusnya yang ikuti pertama kali adalah Al Quran.

Keragaman orang yang berkecimpung dalam lembaga ini berasal dari 12 keyakinan yang ada di Australian Capital Territory (ACT) seperti: Baha’i, Buddha, Brahma Kumaris, Kristen, Hindu, Islam, Yahudi, Pagam Awareness Network, Quakers, Sikh, Sathya Sai, dan Sukyo Mahikari. Lembaga multikultural ini didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, menghargai berbagai budaya, ras, dan tradisi religius yang ada.

Saya mendapatkan Annual Report of Interfaith Activities in 2013-2014. Di bundelan kegiatan CIF ini ada kata pengantar dari Joy Burch MLA, Menteri Urusan Multikultural The ACT Government. Dalam pengantarnya, Burch menulis bahwa Canberra sebagai masyarakat multikultural memiliki jalinan erat dengan lebih dari 200 negara di dunia yang memiliki keragaman spritualitas. “Canberra Interfaith Forum is helping to build strength and harmony in our community,” tulis Burch. Berbagai aktivitas CIF seperti dialog antar agama, workshop, dan seminar sangat dihargai oleh pemerintahan ACT.

Selain mengadakan diskusi, CIF juga mengunjungi Parliament House untuk berdialog dengan Parliamentary Group for Interfaith Affairs. Ketika berbicara di forum tersebut, Mr. Dean Sahu Khan, Chairperson of CIF mengatakan bahwa kunjungan ini adalah kesempatan untuk bertemu dan belajar.  Kata ‘bertemu’ dan ‘belajar’ menurut saya penting ketika bertemu orang lain. Artinya sebenarnya, dalam konteks lebih luas, tujuan kita bertemu orang lain tidak ada tujuan lain selain belajar. Dengan niat belajar inilah maka kita dituntut untuk memahami pemikiran dan pendapat orang lain, tidak memaksakan diri, akan tetapi mencoba bersinergi dalam hal-hal yang disepakati.

Description: C:\Users\user\Desktop\MEP 2015\Foto MEP\22 March 2015 Depart to Canberra, Visit Burley Lake, & Dinner with Canberra Interfaith Forum\P_20150322_193713_HDR.jpg
Pertemuan dengan Canberra Interfaith Forum

Setelah dinner, kami pulang ke apartment. Hari yang cukup melelahkan karena tadi pagi baru tiba dari Melbourne, lanjut jalan-jalan dan dinner plus diskusi. 
“Saya ingin ajak kawan-kawan ke beberapa tempat penting. Ini jarang-jarang. Kawan-kawan kalau ngantuk mending tidurnya nanti pas di Indonesia,” kata Ahmad Muhajir. Memang, dua hari berkunjung di Canberra termasuk sangat singkat, dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Urusan ngantuk dan capek bisa dikesampingkan untuk sementara. Selama badan tetap kuat jalan, itu lebih dari cukup untuk menjangkau destinasi penting di ibukota Australia ini. *

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...