Friday, July 10, 2015

Rasa Nyaman Tidur di Masjid

Tidur di masjid (foto: cyberdakwah.com)
Sore tadi setelah salat ashar, saya ngantuk banget. Akhirnya saya coba menutup mata di sebuah pojokan Masjid Darudda'wah samping kosanku di Jalan Pelesiran, Tamansari, Bandung. Sebelum itu, saya ngobrol sebentar dengan dua temanku yang juga salat di situ: Pak Khairul dan Adnan Arafani.

"Kapan mudik, bang?" tanya Adnan.
"Rencana besok pagi ke Jakarta, Nan. Dini harinya terbang ke Makassar. Insya Allah." Jawab saya.

Saya pun tidur.

Sudah jarang rasanya tidur di masjid. Tapi kali ini rasanya nyaman sekali. Mungkin karena saya tidak bawa apa-apa kecuali handphone. Memang, di zaman sekarang ini kehati-hatian tetap harus dijaga, apalagi banyak pencurian. Saya pernah, beberapa tahun lalu waktu salat di salah satu masjid di Geger Kalong, menjelang subuh, HP saya--tepatnya saya pinjam dari teman--raib. Setelah tanya-tanya ke petugas masjid, katanya, "Di sini memang kadang terjadi kayak begitu Mas. Soalnya ada banyak orang yang datang ke masjid dan kita nggak tahu apakah murni untuk ibadah atau bukan."

Setelah bangun, saya merasa pikiran agak lebih rileks. Pas bangun itu, saya dengarkan ayat Al Quran yang diputar. Memang nyaman rasanya kalau dengar ayat Al Quran. Kita terasa jadi ingin sekali jadi hamba Allah yang benar-benar beriman dan istiqamah. Saya jadi diingatkan kembali oleh ayat-ayat tersebut untuk menjadi muslim yang baik.

Tak lama setelah bangun, saya bersiap ke lantai dua untuk buka puasa. Di situ sudah disediakan beberapa makanan berbuka satu-satu piring kecil berisi lima kue ditambah segelas air putih dan es. Berbuka dengan makanan tersebut rasanya nyaman dan enak sekali. Mungkin karena saya baru saja bangun, jadi badan terasa fresh dan pikiran juga segar.

Saya bersyukur pada Allah, di tengah berbagai kekuranganku, saya masih mencintai masjid. Ya, ini karunia besar bagiku. Sejak kecil, saya memang senang di masjid. Biasa mengaji di sana, dan beraktivitas di sana sampai ketika jadi mahasiswa sampai sekarang ini.

Waktu jadi mahasiswa di UNHAS, saya juga pernah tinggal di Masjid Salman Al Farisi depan Pintu II UNHAS. Di situ saya bersama beberapa teman tidur, dan makan. Penghuni tetapnya saat itu adalah Mas Johan, Mantan Ketua Forum Kajian Insani (FKI) sebelum saya yang juga ketika itu membuka warung makan Sabili di Pintu II. Waktu tinggal di masjid itu, saya merasa banyak sekali kebahagiaan yang terasa. Terasa ketaatan pada Allah. Terasa ingin selalu mencintai dan beraktivitas yang baik. Memang benar sih, jika kita berteman dengan orang baik lama-lama kita akan terpengaruh untuk jadi baik juga. Pun begitu jika sebaliknya.

Saya berdoa semoga Allah tetap menjaga hatiku untuk selalu cinta masjid, dan menjadi ahli masjid dalam arti sebenarnya. Ya, dalam arti sebenarnya.

Ya Allah, jadikanlah aku, keluargaku, dan saudara-saudaraku pencinta masjid dan menjadi ahli masjid dalam arti yang sebenarnya. *

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...