Ada yang mengatakan bahwa menulis itu perlu bakat. Yang ada dalam pikiran mereka adalah, “Untuk menjadi penulis, kita harus punya pengalaman di masa lalu dimana kita pernah suka menulis. Atau setidaknya kita berasal dari keturunan para penulis. Atau juga, karena kita punya kemauan, hobby untuk menjadi penulis”. Mereka beranggapan bahwa menulis itu harus ada kemauan, pengalaman atau bahkan pernah mendapatkan juara dalam dunia tulis menulis.
Pendapat seperti ini ada dalam
masyarakat, setidaknya dalam dunia tulis menulis. Berseberangan dengan itu, ada
juga orang yang beranggapan bahwa, “Semua orang sebenarnya bisa menjadi
penulis—apakah dia berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, guru, dosen,
politikus, pejabat, pedagang, kuli bangunan, atau tukang becak. Semua orang
bisa jadi penulis, asal dia memang mau, kemudian berusaha, berlatih, terus
memperbaiki kualitas tulisannya hingga menjadi lebih baik.”
Dari dua kategori di atas, kira-kira
anda berada di posisi mana?
Golongan pertama, ada kesan bahwa mereka
cenderung pesimis dalam usaha. Mereka cenderung melecehkan potensi diri mereka,
padahal mereka belum pernah mencoba menulis, atau (mungkin) pernah mencoba
kemudian gagal, dan mereka puas berada pada level kegagalan itu. Golongan
pertama cukup banyak juga di masyarakat kita. Mereka kurang punya nyali, kurang
berani menerima tantangan untuk jadi penulis!
Golongan kedua, mereka adalah orang
biasa. Mereka (mungkin) berasal dari level orang biasa. Ekonomi mereka mungkin
biasa-biasa saja. Akan tetapi mereka punya idealisme, mereka punya perhatian
untuk memperbaiki negeri ini. Kemudian ketika mereka mencoba menulis, gagal
berkali-kali, tapi mereka terus berusaha dan akhirnya sejarah pun memasukkan
mereka ke dalam barisan orang-orang sukses dalam menulis. Mereka sebenarnya
tidak pintar-pintar amat otaknya, akan tetapi mereka punya keinginan yang lebih
tinggi dari para pesimis.
Ada penulis yang berkali-kali
kirimkan tulisannya ke koran, akan tetapi selalu gagal. Tulisannya ditolak,
bahkan tulisannya tidak mendapatkan perhatian dari redaksi. Akan tetapi karena
mereka berusaha terus, walau gagal selalu menerjangnya, akhirnya tulisan mereka
pun dimuat di media (setidaknya ini sebagai indikator tulisannya sudah berbobot).
Mereka gembira, akan tetapi mereka tidak lalai dengan itu, mereka senantiasa
berusaha memperbaiki mutu tulisannya. Semakin sering mereka berusaha, semakin
baguslah tulisan mereka.
Kira-kira, anda yang sempat membaca
tulisan ini berada pada kategori mana dalam dunia tulis menulis?
Maros,
2 Mei 2008
Dibawakan pada Pelatihan Menulis di kampus UMI
Dibawakan pada Pelatihan Menulis di kampus UMI
No comments:
Post a Comment