Tuesday, November 3, 2015

Kemana Alumni KAMMI (Harus) Berhimpun?

Logo KAMMI
Sejak didirikan pada 1998, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) telah melahirkan banyak kader tidak hanya lokal, tapi juga nasional. Dua nama yang paling umum dikenal sebagai alumni KAMMI adalah Fahri Hamzah dan Andi Rahmat.

Wacana tentang perlunya semacam perhimpunan untuk alumni KAMMI sudah lama beredar. Di beberapa daerah, KAMMI wilayah berinisiatif membuat pertemuan atas nama alumni setempat, namun belum ada payung organisasi alumni yang secara formal didirikan secara nasional. Beberapa bulan lalu, di Facebook sedikit ramai terkait terbentuknya organ alumni KAMMI, namun oleh beberapa kalangan alumni dianggap forum tersebut tidak legitimate, dan yang paling resmi adalah yang akan diadakan pada 13-14 November 2015 di Bandung. Soal resmi dan tidak resmi--atau semacamnya--memang perlu diskusi lebih panjang, karena terkait dengan pranata-pranata yang mengatur para alumni KAMMI.

Namun, terlepas dari perdebatan mana yang paling legitimate atau tidak, hemat saya kekuatan intelektual dari para alumni KAMMI sangat diperlukan untuk mengawal bangsa ini. Para alumni, yang umumnya berusia di atas 20-an hingga 40-an awal pasti memiliki pandangan yang optimis terkait perjalanan bangsa ini. Mereka yang telah terbiasa berdemonstrasi jalanan, berdiskusi lintas gerakan untuk mencari solusi terbaik bangsa problematika bangsa ini kini harus kembali turun ke 'jalan' dengan cara yang lebih cerdas, dan visioner.

Artinya, keberadaan forum alumni KAMMI diperlukan paling tidak dalam dua hal. Pertama, sebagai wadah mencari formulasi yang tepat untuk menyelesaikan problematika majemuk di bangsa ini. Para alumni dalam forum tersebut bisa dibagi dalam beberapa cluster kajian, sebutlah: politik dan hubungan internasional, pendidikan, ekonomi, lingkungan, sosial-budaya, kewanitaan, dan keagamaan. Semua ranah kajian ini berada dalam bingkai kajian kebangsaan. Para alumni dapat dimasukkan dalam cluster-cluster independen tersebut, dan diharapkan paling tidak dalam satu tahun telah mendapatkan satu formula solusi (jangka pendek, menengah, atau panjang) tentang bidang yang mereka geluti. Jadi, satu tahun masa kerja cluster tersebut dapat menghasilkan satu formula pemikiran, diterbitkan dalam bentuk buku, dan dibedah secara nasional. Dengan begitu, maka sumbangsih intelektual alumni KAMMI lebih terasa, dan posisi penting forum ini benar-benar bermakna.

Kedua, wadah penguatan internal. Tidak bisa dimungkiri bahwa manusia bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Kader yang dulunya hebat di jalanan bisa jadi berubah seratus persen ketika berpindah wilayah kerja atau teman sepergaulan. Jika dulu ramai kader KAMMI di mushalla/masjid, belakangan warung kopi (warkop) menjadi pilihan untuk tampak eksis. Tentu tidak salah, akan tetapi penguatan internal lewat pertemuan dengan orang-orang yang sevisi itu penting. Sebagai muslim tentu saja, ayat surat Al Ashr yang mengingatkan kita untuk 'tawashau bilhaq' dan 'tawashau bisshabr' harus tetap dijaga, sehebat apapun kita sekarang. Lingkungan baik seperti ini memang harus diadakan, harus dijaga dalam bingkai ukhuwah dan sama-sama berusaha menjadi pribadi yang dapat berkontribusi bagi bangsa ini dalam bidang apapun.

Para alumni gerakan kemahasiswaan lainnya punya perhimpunan. Sebutlah itu KAHMI, wadah para alumni HMI. Secara nasional dan daerah, KAHMI punya posisi yang cukup penting dan suaranya dipertimbangkan (atau bahkan menentukan). Namun, tentu saja satu yang harus diingat adalah jangan sampai forum alumni menjadi kekuatan politik tertentu untuk mendukung figur tertentu. Di tengah keragaman latar belakang para alumni, di antara mereka ada yang aktif di PKS, PAN, dan seterusnya, dan pilihan-pilihan itu sangatlah terbuka bagi mereka. Maka untuk kebersamaan, rasanya cukup baik jika secara organisasi forum alumni berfokus sebagai kekuatan intelektual, kekuatan moral, dan kelak tidak dalam rangka dukung-mendukung kepada kekuatan politik tertentu. *

YANUARDI SYUKUR, pernah aktif sebagai Ketua KAMMI Komisariat Unhas dan Koordinator Departemen Kajian Strategis KAMMI Daerah Sulsel. 

2 comments:

  1. Dinanti karya intelektual kolegial alumni Kammi, secara individual kiprah terlihat mumpuni,dari dua nama tersbut di atas bahkan sang penulis artikel ini pun salah tiganya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Pak Rahman sudah mampir di sini. Secara pribadi, saya berharap dapat memberikan yg terbaik tidak hanya bagi KAMMI, lembaga yg telah mengajarkanku banyak hal, tapi juga bagi negeri ini, insya Allah.

      Delete

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...