Pada 3 November 2015, saya menerima email dari website www.academia.edu, situs jejaring sosial untuk komunitas akademik yang diluncurkan sejak September 2008. Situs yang hingga April 2015 beranggota 21 juta akun itu menulis dalam emailnya, "You're now in the top 4% of researchers on Academia.Edu!" Dalam tiga puluh hari, tulis academia lagi, profile saya dilihat oleh 70 orang (profile views), dokumen dilihat 62 orang (document views), dan pengunjung yang unik (mungkin yang dapat dari Google) adalah 70 orang (unique visitors).
Tentu saja mendapatkan email ini saya gembira. Gembira karena dua hal. Pertama, saya baru memulai menggunakan laman Academia sekitar beberapa bulan yang lalu--kalau tak salah ingat--ketika diajak oleh kolega saya yang sementara PhD di Jepang, Maulana Ibrahim. Sejak itu saya mulai memposting tulisan, dan menjalin pertemanan dengan beberapa rekan dosen dan peneliti. Beberapa di antaranya saya bertanya tentang kuliah, antropologi, dan seterusnya. Sebagai pembelajar, saya merasa harus banyak bertanya kepada mereka yang sudah ahli.
Kedua, saya merasa gembira karena pada akhirnya mulai tertarik untuk menulis artikel ilmiah. Walau artikel yang saya posting di Academia tidak semuanya ilmiah, tapi saya mulai tertarik untuk itu terutama sejak menjadi dosen di Universitas Khairun. Sebelumnya, saya rutin menulis artikel dan buku, tapi tulisan dan buku populer. Kini, sejak jadi dosen saya merasa tertarik untuk menulis. Walhasil, dalam dua tahun terakhir saya menyelesaikan penelitian terkait Legu Gam (biaya DIPA Unkhair), dan beberapa tulisan yang termuat di Jurnal Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Khairun, dan satu lagi yang akan terbit (buku antologi) di University of Malaya.
Seorang senior saya yang sangat aktif menulis di jurnal, pembacanya bahkan lebih banyak. Dr. Ismail Suardi Wekke, namanya. Ia termasuk peneliti 0,5% dengan profile views-nya 1080, document views-nya 1018, dan unique visitor-nya 527. Melihat data yang diposting di dinding Facebook-nya, saya jadi tertarik untuk mengikuti jejaknya dalam produktivitas menulis artikel jurnal. Hingga saat ini, kendala saya dalam menulis untuk jurnal internasional setidaknya dua. Pertama, bahasa Inggris--bahasa yang dulu paling tidak saya suka--sekarang ini mau tak mau harus terus di-upgrade. Hingga tahun lalu, saya termasuk tidak berani menulis berbahasa Inggris. Tapi belakangan setelah belajar ke Kampung Inggris Pare (1 bulan), ikut Muslim Exchange Program ke Australia (2 minggu), dan belajar IELTS di Pusat Bahasa ITB (7 bulan), saya merasa ada perkembangan. Kedua, hal ikhwal terkait jurnal internasional itu yang saya masih awam. Termasuk di dalamnya apa saja yang harus diperhatikan dalam artikel jurnal, pilihan kata, konten, dan seterusnya. Ala kulli hal, saya punya semangat untuk suatu saat bisa menulis untuk konsumsi komunitas internasional.
Kembali ke email dari Academia. Email ini tentu sangat menggembirakan. Saya merasa senang termasuk dalam 4% peneliti di Academia. Senang karena saya disebut peneliti (researchers), sebuah panggilan yang rasanya saya sangat 'takut' karena menyadari masih rendahnya kualitas penelitian saya. Kemudian, ini sebagai tambahan 'rasa senang' yang sudah ditulis di atas karena bisa aktif dalam komunitas online para dosen dan peneliti. Harapan saya pribadi semoga ke depannya saya bisa menjadi peneliti yang baik, dan yang lebih penting lagi adalah dapat memberikan sumbangsih berharga untuk komunitas ilmiah dan masyarakat umum. *
No comments:
Post a Comment