“Siapa idola Anda?”
“Dimanakah letak Masjid
Al Aqsho?”
“Nabi Ibrahim as
berlawanan dengan raja siapa?”
Demikian tiga dari lima
belas pertanyaan tertulis dalam sesi tes kemampuan (ability test) yang
disampaikan oleh H. Abdul Malik, SE, MM dalam Workshop Pengelolaan Pesantren
dengan tema “Bangun Kapasitas, Perluas Jaringan” bertempat di Meeting Room
Badan Eksekutif Pesantren Darul Istiqamah Pusat, Maccopa, Kab. Maros, Sabtu
(23/04).
Kegiatan ini merupakan
kerjasama antara Pesantren Darul Istiqamah Pusat dengan Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat.
Dalam sambutannya,
Pimpinan Pesantren Darul Istiqamah Ust Muzayyin Arif mengatakan bahwa workshop
ini sangatlah penting untuk membangun kapasitas para pelaksana amanah di
lingkungan Darul Istiqamah.
“Ada amanat sejarah
dari pendiri pesantren ini agar pesantren tidak hanya berfokus pada pendidikan,
tetapi juga pada pembentukan peradaban,” kata Ust Muzayyin Arif.
Pesantren Darul
Istiqamah adalah pesantren yang didirikan oleh KH. Ahmad Marzuki Hasan pada
tahun 1970, dan hingga usia ke-46 tahun terus berbenah dalam bidang pendidikan,
pemukiman Islam, dan juga pembentukan peradaban Islam.
“Sebagai muslim kita
harus meyakini bahwa kita adalah pembelajar seumur hidup, maka kita harus terus
belajar meningkatkan kapasitas diri yang salah satunya lewat kegiatan ini,”
kata A’mal Hasan, salah seorang peserta yang juga trainer di Google for
Education.
Selanjutnya, menurut
Panitia Workshop Ust Fahruddin Ahmad, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari
yaitu 23-24 April 2016.
“Selama dua hari ini,
H. Abdul Malik akan membawakan materi terkait Interpersonal Relationship,
Bagaimana Membangun Kepercayaan Diri, Smart Teaching, Motivasi Berprestasi,
Menyusun Rencana Kerja, dan Membangun Jaringan Kerja,” kata Ust Fahrul di ruang
kerjanya.
Dalam materinya, Abdul
Malik menjelaskan bahwa untuk menciptakan kapasitas baik individu maupun
lembaga, kita perlu memperhatikan empat hal penting, yaitu faktor manusia
(man), benda (material), uang (money), dan metode (method).
“Keempat hal ini
penting sekali diperhatikan ketika kita menciptakan perubahan,” tutur trainer
dan konsultan manajemen tersebut.
Kegiatan ini diikuti
oleh 40 peserta yang berasal dari lembaga di internal Darul Istiqamah seperti
Badan Eksekutif Pesantren (BEP), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Tahfizhul Quran,
Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI), dan Istiqamah Boarding School
(IBS).
Abdul Malik lahir di
Cirebon 22 Desember 1961, dan saat ini tengah menyelesaikan studi doktoralnya
di Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Malik merupakan konsultan
manajemen yang juga Direktur Utama PT. Mutiara Madani Indonesia, dan pernah
menjadi konsultan Bank Indonesia di Semarang.
Pada tahun 2002, Abdul
Malik melakukan studi komparatif terkait UMKM dan koperasi di Seoul, Korea
Selatan. Pada tahun 1996 pernah ke Jepang (Tokyo, Kyoto, dan Hiroshima) dalam
kapasitas sebagai utusan Pemuda Indonesia dalam rangka perdamaian dan persahabatan
pemuda.
Abdul Malik juga pernah
menjadi dosen tamu terkait Lembaga Keuangan Islam di Majelis Ulama Thailand,
dan pernah studi komparatif di Istanbul (1990) dan Malaysia (1991).