Salah satu cafe bersejarah dalam penulisan Harry Potter |
“Dua orang penghafal Al Quran asal Sulsel akan
menjadi imam masjid di Amerika,” begitu isi beritanya. Pada tahun 2016,
Pesantren Darul Istiqamah yang berpusat di Maccopa Kabupaten Maros di bawah
pimpinan Ustad Muzayyin Arif tengah menjalin kemitraan dengan Presiden
Nusantara Foundation di New York Imam Dr. M. Shamsi Ali terkait pengiriman imam
masjid selama bulan Ramadhan di Amerika.
Warung kopi saat ini menjadi trend tersendiri bagi
banyak kalangan, tak terkecuali para praktisi media, politisi, dosen, aktivis
mahasiswa, bahkan ustad dan penulis. Ismawan, sebagai contoh, adalah seorang
jurnalis pesantren yang secara up to date
mengirimkan berita-berita kepesantrenan ke berbagai media. Berbekal
pengalamannya ketika aktif di Penerbitan Kampus Identitas Unhas, ia kemudian
rutin mengirim tulisan ke media; tulisannya pun dimuat, di-share di fanspage, selanjutnya di-share oleh banyak akun Facebook dengan viewer yang terus meningkatkan per menitnya.
Ruang Interaksi
dan Kerja
Jika dulu warkop hanya berfungsi sebagai tempat
menikmati kopi, makanan ringan, serta bercerita, kini fungsi warkop telah
melampaui itu. Sebagai tempat bekerja. Seorang yang berdiam diri di sudut
warkop jangan dikira ia sedang santai, bisa jadi ia tengah menulis sebuah
berita atau artikel yang kelak akan memberikan pengaruh kepada banyak orang.
Warkop kini tidak lagi hanya berguna sebagai ruang
interaksi satu-dua orang, tapi juga telah menjadi tempat kerja. Pada sebuah
pagi saya sengaja datang lebih cepat di sebuah café di bilangan Matraman,
Jakarta. Beberapa orang terlihat asyik membaca pesan di ponselnya, tapi
beberapa lainnya sibuk dengan laptop untuk mengerjakan tugas kantor yang
menurut saya yang tidak pandai statistik, bahan-bahan yang saya lihat ketika
itu sangatlah berat untuk diselesaikan.
Apa yang terasa berat dilakukan di kantor, atau
mungkin rumah, kini mulai beralih ke warkop atau café dalam arti yang
seluas-luasnya. Café-café kini menjadi salah satu tempat favorit untuk
menyelesaikan tugas-tugas kantor, proyek-proyek penting, bahkan untuk negosiasi
hal-hal yang dianggap penting.
Sebagai ruang kerja, warkop atau café sesungguhnya
bisa berfungsi maksimal jika memang ada tujuan yang jelas dari rumah. Artinya,
jika seseorang hendak menyelesaikan pekerjaan di warkop atau café, ia haruslah
menjadwalkan dulu apa saja hal-hal yang ingin ia tuntaskan seharian itu. Jika
ia seorang penulis, mungkin ia bisa berpikir, hari ini tulisan apa yang hendak
saya tuntaskan? Atau, jika ia tengah menulis buku, ia mengatur waktunya untuk
melanjutkan buku tersebut atau mengedit naskah yang telah ada. Tanpa ada
rencana sebelmnya, kegiatan kita di warkop akan terasa berjalan biasa-biasa,
bahkan pada kadar tertentu bisa termasuk membuang-buang waktu.
Sekedar Pilihan
Mengerjakan tugas atau menulis di warkop pada
dasarnya pilihan saja untuk lebih nyaman dalam mengerjakan tugas. Penulis novel
Harry Potter, J.K. Rowling bahkan
menulis sebagian besar bab dalam novelnya di café The Elephant House dan Nicholson’s
Cafe. Dia pernah berkata bahwa
menulis dan café sudah mengakar kuat dalam otaknya. Ketika menulis Harry
Potter, ia menyelesaikannya dengan tulisan tangan dan adanya café sangatlah
membantu dia untuk menikmati kopi tanpa harus ke dapur.
Tentu saja tiap orang punya tempat favorit untuk
menyelesaikan buku. Beberapa penulis yang punya jam terbang tinggi memanfaatkan
ruang tunggu bandara untuk menulis, bahkan saat berada di dalam pesawat ia juga
menuangkan ide-idenya baik di kertas maupun di laptop. Tulisan-tulisan Guru
Besar Ilmu Manajemen UI Rhenald Kasali banyak yang diselesaikan di dalam
perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, bahkan dari satu negara ke negara
lainnya. Penulis lain ada yang menggemari keramaian, tapi ada juga yang senang
dan lebih terinspirasi menulis saat berada di tempat yang sepi seperti di kamar
sendirian, di hotel, atau bahkan di pinggir pantai dan villa di pegunungan.
Masing-masing orang punya pilihan dimana tempat yang
kondusif untuk menulis. Olehnya itu, tiap kita rasanya perlu sekali untuk
mencari dan menentukan dimana tempat favorit kita untuk menulis. Tidak harus
ikut-ikutan penulis terkenal. Selama kita merasa nyaman untuk menulis—apakah
itu di kamar, ruang tamu, café, warkop, ruang tunggu bandara, pesawat, atau
bahkan di masjid—itu sah-sah saja.
Jika hati terasa nyaman, tulisan lebih mudah
mengalirnya, dan lebih cepat selesainya. *
No comments:
Post a Comment