Saat membawakan materi Workshop Pengelolaan
Pesantren (23/04) di Meeting Room Badan Eksekutif Pesantren (BEP) yang
bertempat di Lantai 1 Masjid Jami’ Darul Istiqamah, Praktisi dan Trainer
Manajemen H. Abdul Malik, SE, MM mengatakan bahwa santri-santri dan alumni Pesantren
Darul Istiqamah sangatlah potensial untuk menjadi pemimpin bangsa.
“Paling tidak, ada dua modal besar yang telah
dimiliki oleh Darul Istiqamah. Pertama, sejarah, dan kedua, para penghafal Al
Quran (huffazh),” kata Abdul Malik yang pernah menjadi utusan Pemuda Indonesia
ke Jepang tahun 1996.
Sejak berdiri 1970, Pesantren Darul Istiqamah telah
memiliki sejarah yang baik dalam penyebaran Islam yang tidak hanya di sekitar
kawasan Maccopa, akan tetapi juga menyebar ke kota-kota lain di Sulsel, bahkan
terus menyebarkan dakwah ke Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, bahkan Papua.
Menurut Pimpinan Pesantren Darul Istiqamah Ust
Muzayyin Arif, visi untuk menciptakan pemimpin muslim telah ada sejak lama di
Darul Istiqamah. “Kepemimpinan Islam bukan hanya obsesi, tapi itu adalah
kewajiban,” katanya, sambil melanjutkan bahwa, “Apa yang dianggap oleh orang
lain sebagai kemajuan, sesungguhnya Islam lebih dari itu.”
Menurut Abdul Malik, modal para penghafal Al Quran
(huffazh) juga sangat membantu untuk menyiapkan para pemimpin yang memiliki
moralitas dan integritas yang bersumber dari Al Quran.
Suatu ketika, cerita Abdul Malik, ada seorang tokoh
yang berkunjung ke Prof. Dr. Ing BJ. Habibie dan bertanya tentang cita-cita
mantan Presiden RI tersebut. Kata Prof. Habibie, membuat pesawat terbang bagi
saya sangatlah mudah, karena sejak SMA saya pernah membuatnya dalam bentuk yang
sederhana. Akan tetapi, setelah saya menjalani kehidupan ini saya menyadari bahwa
ada sesuatu yang sangat penting dalam hidup, yaitu bagaimana kita dapat
menafsirkan Al Quran.
Profesor kelahiran Pare-Pare (Sulsel) yang dikenal
dengan integrasi antara imtak (iman dan takwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) itu menjelaskan dengan sungguh-sungguh perihal pentingnya membaca,
menghayati, bahkan menafsirkan makna-makna yang ada dalam Al Quran.
“Dengan modal hafalan Al Quran, para santri Darul
Istiqamah sesungguhnya telah memiliki modal yang sangat besar, tinggal
dilanjutkan dengan tiga syarat penting,” tutur Abdul Malik.
Ketiga syarat tersebut adalah komunikasi, bahasa,
dan manajemen.
“Komunikasi sangatlah penting bagi seorang calon
pemimpin. Bagaimana ia berdialog dengan orang lain, kapan harus berbicara,
kapan harus diam, bagaimana menghadapi seseorang yang sangat berambisi untuk
didengar (ego parents), dan seterusnya.”
Selanjutnya, kemampuan bahasa asing juga menentukan
bagi seorang pemimpin. Di pesantren umumnya para santri telah terbiasa
berbahasa Arab dan Inggris. Kemampuan berbahasa asing menurut Malik, sangat
urgen bagi para generasi penerus bangsa karena kehidupan saat ini menuntut
untuk itu.
Syarat ketiga, yaitu manajemen memiliki peran
signifikan dalam menyiapkan seorang pemimpin. “Dengan manajemen hidup yang
baik, cita-cita yang tinggi, dan ditopang oleh keimanan dan ketakwaan kepada
Allah, seseorang dapat menggapai mimpi-mimpinya,” kata Malik lagi
Seorang muslim, menurut Malik, perlu menjadi pribadi
yang mushlih (pembuat kebaikan dan perubahan), dan mufid (bermanfaat). Abdul
Malik berharap akan lahir tokoh bangsa dari Pesantren Darul Istiqamah.
Hingga usia ke-46, Pesantren Darul Istiqamah tidak
hanya mencetak para pendakwah (da’i dan muballigh), akan tetapi juga para
aktivis, guru, dosen, pejabat, entrepreneur dan professional di berbagai bidang
lainnya. Tiap tahun para tokoh bangsa bahkan berkunjung ke pesantren yang
terletak di Maccopa Kabupaten Maros ini.
Beberapa tokoh yang pernah berkunjung dan
bersilaturahmi di Pesantren Darul Istiqamah di antaranya Mantan Perdana Menteri
Dr. Mohammad Natsir, Ketua MPR Dr. Hidayat Nur Wahid, Mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi Prof. Jimly Asshiddiqie, para gubernur dan kepala daerah se-Sulsel.
Selain itu, kunjungan para tokoh luar negeri juga rutin terjadi, tidak hanya
yang berasal dari Timur Tengah, tapi juga dari Jepang, Amerika Serikat, dan
beberapa negara lainnya.
“Untuk memperluas wawasan dan kapasitas santri, kita
bahkan mengadakan kunjungan para santri ke Jepang, dan juga Malaysia untuk
mempelajari hal-hal terbaik dari negara tersebut,” tutur Ust Muthahhir Arif,
Lc, Ketua Yayasan Pesantren Darul Istiqamah beberapa waktu yang lalu.
Hingga tahun 2016, telah ribuan alumni Darul
Istiqamah tersebar di berbagai profesi dan instansi di Indonesia. Di antara
mereka selain menamatkan pendidikan dari beberapa kampus se-Sulsel seperti
Unhas, UNM, UIN Alauddin, UMI, STAI DDI Maros, UIM, Unismuh, AKBID Salewangang,
dan kampus-kampus lain di tanah Jawa seperti LIPIA, UIN Jakarta, ITB, UGM, dan
IPB, tapi juga menamatkan pendidikan pascasarjana (S2 dan S3) dari
kampus-kampus bergengsi di luar negeri seperti di Jami’ah Imam di Riyadh,
Universitas Islam Madinah, El Nilein University di Khartoum (Sudan), dan
Tilburg University di Negeri Belanda.
No comments:
Post a Comment