Ilustrasi dari blog.sribu.com |
Pada
tahun 2008, saya menerbitkan sebuah buku sederhana berjudul Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka
yang diterbitkan Diva Press (Jogja, Indonesia) tahun 2008 dan Al-Hidayah
Publisher (Selangor, Malaysia) tahun 2010. Dalam periode 7 tahun setelah buku
itu terbit, saya tertarik untuk menulis tiga panduan sederhana dalam bersosmed.
1. Gunakan bahasa yang santun, sopan, dan
cerdas
Sosmed
adalah media publik yang bermacam-macam orang hadir di situ. Untuk memiliki teman,
tentu saja kita harus menggunakan bahasa yang santun, sopan, bahkan jika harus
mengkritik (lewat status atau tweet) pakai bahasa yang cerdas.
Status
yang santun bermakna tidak kasar ketika menanggapi status atau berkomentar
suatu masalah. Tidak jarang status yang berisi fitnah dipolisikan atau bahkan
menjadi masalah tersendiri dalam hubungan antar personal atau kelompok. Maka,
pakai bahasa yang sopan, dan bahasa yang cerdas itu lebih baik. Bahasa cerdas
berarti bahasa yang mudah dimengerti, tetap sasaran, dan tidak berisi fitnah.
2. Hati-hati menyebarkan sumber hoax
Kata
‘hoax’ terkenal sekali di sosmed. Maksudnya, informasi atau berita yang tidak
benar, atau bahkan bisa berisi fitnah. Maka, ketika kita hendak menyebarkan
suatu informasi, usahakan cari sumber yang terpercaya (baik orang, lembaga,
atau website). Sumber otoritatif sangat bergantung pada kepakaran atau
keterpercayaan sesuatu/seseorang di bidang tersebut. Berita-berita hoax paling
banyak terjadi dalam dunia politik dan agama. Persaingan antar satu calon
pemimpin, atau partai mengakibatkan banyak orang menghalalkan cara-cara hoax.
Ini tidak sehat tentu saja. Olehnya itu, kita juga harus sangat selektif dalam
memilih sumber berita. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dalam berita, ada
baiknya kita konfirmasi (tabayyun) kepada sumber tersebut baik langsung maupun
tidak langsung.
3. Biasakan berbagi sesuatu yang positif
“Apa
yang keluar di status/tweet atau komentar adalah gambaran dari isi
pikiran/hati.” Kata orang seperti itu. Ada benarnya, walau tidak sepenuhnya.
Akan tetapi, saya memilih untuk kita berfokus pada sosmed yang positif. Sosmed
positif artinya kita gunakan fasilitas teknologi ini dengan hal-hal positif.
Dalam ajaran agama, semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban
pada suatu ketika. Maka menjaga jemari dari mengetik hal-hal yang buruk perlu
dikurangi, dihindari, bahkan baik sekali jika bisa ditinggalkan.
Berfokuslah
pada aktivitas positif. Karena yang positif itu tentu saja lebih sehat, dan
menyehatkan. Hidup ini teramat mahal rasanya jika kita jalani dengan hal-hal
positif. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawabannya,” begitu nasihat berharga dalam hadis Nabi saw.
Mungkin
ada baiknya kita renungkan sebuah syair lagu berjudul ‘Ketika tangan dan kaki
berkata’ karangan Taufiq Ismail yang disenandungkan Chrisye:
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Para
jama’ah sekalian. Mari kita bersosial media dengan cara yang menyenangkan tapi
lebih positif. *
No comments:
Post a Comment