Thursday, June 9, 2016

3 Adab Bersosial Media


Ilustrasi dari blog.sribu.com
Dalam sebuah tulisannya berjudul Social Networking and Human Relations (Wall Street International, 30 Januari 2015), Jurnalis Spanyol Carmela Herraiz menulis bahwa jejaring sosial (social network/social media) telah telah mengubah hubungan antar manusia sejak kali pertama ditemukan. Kata dia, banyak pengguna sosmed seperti Facebook, Twitter, Google Groups yang telah mengubah gaya hidupnya sehari-hari terkait pertukaran informasi dengan keluarga, teman, kolega, atau juga dengan pimpinan di tempat kerja.

Pada tahun 2008, saya menerbitkan sebuah buku sederhana berjudul Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka yang diterbitkan Diva Press (Jogja, Indonesia) tahun 2008 dan Al-Hidayah Publisher (Selangor, Malaysia) tahun 2010. Dalam periode 7 tahun setelah buku itu terbit, saya tertarik untuk menulis tiga panduan sederhana dalam bersosmed.

1.    Gunakan bahasa yang santun, sopan, dan cerdas

Sosmed adalah media publik yang bermacam-macam orang hadir di situ. Untuk memiliki teman, tentu saja kita harus menggunakan bahasa yang santun, sopan, bahkan jika harus mengkritik (lewat status atau tweet) pakai bahasa yang cerdas.

Status yang santun bermakna tidak kasar ketika menanggapi status atau berkomentar suatu masalah. Tidak jarang status yang berisi fitnah dipolisikan atau bahkan menjadi masalah tersendiri dalam hubungan antar personal atau kelompok. Maka, pakai bahasa yang sopan, dan bahasa yang cerdas itu lebih baik. Bahasa cerdas berarti bahasa yang mudah dimengerti, tetap sasaran, dan tidak berisi fitnah.

2.    Hati-hati menyebarkan sumber hoax

Kata ‘hoax’ terkenal sekali di sosmed. Maksudnya, informasi atau berita yang tidak benar, atau bahkan bisa berisi fitnah. Maka, ketika kita hendak menyebarkan suatu informasi, usahakan cari sumber yang terpercaya (baik orang, lembaga, atau website). Sumber otoritatif sangat bergantung pada kepakaran atau keterpercayaan sesuatu/seseorang di bidang tersebut. Berita-berita hoax paling banyak terjadi dalam dunia politik dan agama. Persaingan antar satu calon pemimpin, atau partai mengakibatkan banyak orang menghalalkan cara-cara hoax. Ini tidak sehat tentu saja. Olehnya itu, kita juga harus sangat selektif dalam memilih sumber berita. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dalam berita, ada baiknya kita konfirmasi (tabayyun) kepada sumber tersebut baik langsung maupun tidak langsung.

3.    Biasakan berbagi sesuatu yang positif

“Apa yang keluar di status/tweet atau komentar adalah gambaran dari isi pikiran/hati.” Kata orang seperti itu. Ada benarnya, walau tidak sepenuhnya. Akan tetapi, saya memilih untuk kita berfokus pada sosmed yang positif. Sosmed positif artinya kita gunakan fasilitas teknologi ini dengan hal-hal positif. Dalam ajaran agama, semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban pada suatu ketika. Maka menjaga jemari dari mengetik hal-hal yang buruk perlu dikurangi, dihindari, bahkan baik sekali jika bisa ditinggalkan.

Berfokuslah pada aktivitas positif. Karena yang positif itu tentu saja lebih sehat, dan menyehatkan. Hidup ini teramat mahal rasanya jika kita jalani dengan hal-hal positif. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya,” begitu nasihat berharga dalam hadis Nabi saw.

Mungkin ada baiknya kita renungkan sebuah syair lagu berjudul ‘Ketika tangan dan kaki berkata’ karangan Taufiq Ismail yang disenandungkan Chrisye:

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Para jama’ah sekalian. Mari kita bersosial media dengan cara yang menyenangkan tapi lebih positif. *

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...