Ivan Ahda (31 tahun) adalah salah satu kandidat Ketua Umum ILUNI UI yang pemilihan via internet-nya baru saja berlalu dan dimenangkan oleh Arief Budhi Hardono dari Fakultas Teknik. Dalam Pemira ILUNI lalu, Ivan dan Faldo Maldini adalah dua nama yang paling muda dibanding calon lainnya, yaitu Fahri Hamzah (mengundurkan diri), Jenderal Moeldoko (mengundurkan diri), dan Chandra M. Hamzah (Mantan Komisioner KPK).
Waktu penyampaian visi misi di Pusat Studi Jepang, dari kursi paling atas tengah saya melihat bagaimana beberapa kandidat ketua ILUNI menyampaikan pemikirannya menjawab beberapa pertanyaan dari beberapa penanya seperti Julian Aldrin Pasha (Mantan Jubir Presiden SBY), Effendi Ghazali (Pakar Komunikasi Politik), dan beberapa lainnya. Secara umum tiap kandidat menjawab pertanyaan dengan ringkas, yang beberapa hal di antaranya tentang 'saat apa masyarakat Indonesia mengingat ILUNI UI' yang dilontarkan oleh Effendi Ghazali.
Kemarin (Sabtu, 6 Agustus 2016), dari belakang saya menyimak sharing session yang disampaikan oleh Ivan Ahda tentang leadership dalam kegiatan Gathering Alumni Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa di salah satu aula Kompleks P4TK Parung, Bogor. Ivan adalah penerima Beastudi Etos 2003 waktu kuliah di UI. Kegiatan silaturahim alumni sangat baik artinya karena alumni Beastudi saling tahu dan terkoneksi antara satu dan lainnya. Menurut Hassan Afif, staf Dompet Dhuafa saat ngobrol sebelum acara, saat ini mereka yang menerima manfaat Dompet Dhuafa dalam pendidikan (Beastudi Etos, Best of the Best, Beasiswa Aktivis, dst) kurang lebih sekitar 2000 orang. Beberapa di antaranya adalah pengamat politik Hanta Yudha, dan penulis Tere Liye.
Kembali ke Ivan. Menurut Ivan, sebelum memutuskan kita mau jadi apa, kita harus cari tahu dulu kekuatan kita dimana. Kemudian, pilihlah pekerjaan yang memiliki probabilitas untuk sukses. Lelaki yang selama 3 tahun bekerja dengan Professor Rhenald Kasali tersebut mencontohkan sebuah video dari Jack Ma yang mengatakan bahwa pada umur 20-30 tahun seseorang perlu mengasah skils-nya dengan sebaik-baiknya. Di umur 30-40 tahun ia haruslah punya pekerjaan yang tetap dan berkontribusi di situ alias tidak pindah-pindah lagi. Dan, di umur 40 ke atas, seseorang telah mendapatkan kebijaksaan dalam pekerjaannya.
Ivan juga menjelaskan bahwa untuk sukses kita harus mencari lingkungan yang dapat mengasah kompetensi global kita. Terkadang memang kita akan bekerja pada pekerjaan yang tidak kita sukai, tapi itu adalah tangga yang harus kita lalui. "Orang akan belajar dari hal-hal yang tidak ideal," jelasnya.
Salah satu masalah dalam meniti karier kata dia lagi adalah membandingkan diri kita dengan orang lain. Kata Ivan, kita jangan sampai terjebak dalam men-compare pengalaman kita dengan orang lain. Karena hal itu bisa bikin kita tidak bersyukur dengan capaian yang telah kita raih, dan juga bisa bikin frustasi. Jika si A dapat sesuatu kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Itu tidak produktif, dan harus dihindari, kata dia lagi.
Dan, yang cukup penting juga kata Ivan Ahda adal soal bagaimana cara mengejar ketertinggalan? Kata dia, ketertinggalan hanya bisa dikejar dengan langkah-langkah strategis. Olehnya itu maka tiap orang harus bisa mencari apa langkah-langkah strategis yang bisa ia lakukan.
Dalam mencari rezeki contohnya, jangan hanya mengandalkan satu tempat. "Jangan pernah mengandalkan satu dapur," kata dia. Maka dari itu, berjejaring dan memiliki kelompok pemikir atau kelompok diskusi (mastermind) sangatlah penting untuk menggapai sukses.
Sukses untuk Ivan Ahda!*
No comments:
Post a Comment