Monday, October 22, 2018

Belajar di Keramaian


Saya kadang buat tugas di kafe. Kafe itu ramai. Dulunya, saya nggak bisa belajar saat ramai, tapi beberapa tahun terakhir saya biasa.

Bahkan, banyak buku yang terbit sebagai hasil dari "kompromi keramaian" tersebut. Maksudnya, saya yang dulunya nggak suka ramai dan kini harus suka dengan keramaian itu dapat menghasilkan buku.

Dulunya saya kalau belajar itu harus sendiri atau menyendiri. Tapi kini di keramaian saya biasa. Cuma mungkin itu terkait sekali dengan jaringan internet yang cepat dan segelas kopi. Dulunya juga saya nggak terlalu suka kopi, tapi sejak ramai orang ngopi ria, saya juga jadi senang.

Di keramaian ini orang mikir diri sendiri. Misalnya, di sudut Javaroma di lantai dasar Perpustakaan UI ini, seseorang memakai headset sibuk dengan laptopnya. Di sudut-sudut lainnya juga sama. Beberapa mahasiswa bahkan ketawa-ketiwi di meja. Mungkin begitu cara belajar orang kota.

Hingga siang ini saya lihat masih banyak yang di kafe ini. Memang sih enak berlama-lama di sini, akan tetapi waktu berjalan nggak terasa. Waktu cepat sekali bergerak dan sepertinya meninggalkan kita.

Saya lihat mereka yang bekerja di kafe--maksudnya bikin tugas--rata-rata serius dengan pekerjaannya. Mungkin mereka berpikir, gue sudah keluarin duit ke sini masak nggak selesai? Yah, bisa jadi begitu. Setidaknya, saya juga berpikiran kayak gitu ketika masuk kafe. *

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...