Thursday, October 4, 2018
Berhenti Sejenak
Saya merasa beruntung hari ini. Kenapa? Karena saya bisa menunaikan salat isya secara berjamaah.
Sejak sibuk dengan berbagai aktivitas kadang saya lalai untuk salat jamaah. Saya ingin sekali kembali untuk salat jamaah di masjid. Jiwa saya sebenarnya adalah jiwa masjid, jiwa berjamaah. Maka ketika saya tidak berjamaah, saya merasa ada yang hilang dalam diriku.
Tadi sepulang dari rapat di Kemenko Maritim, saya sempatkan salat di mushalla stasiun Gondangdia. walaupun bunyi-bunyi kereta, tapi hal itu membuat kita tetap ingin sekali bisa khusyuk dalam salat.
Ke depannya saya ingin bisa menjaga salat berjamaah itu. Saya ingin sekali bisa kembali pada diriku yang dulu yang rajin salat berjamaah.
***
Di ibukota ini saya lihat orang-orang bergelut dengan waktu. Bangun di pagi hari kemudian mereka berlomba-lomba mengejar rezeki. Sore mereka pulang. Hidupnya kayak gitu aja. Mungkin memang tuntutan pekerjaan.
Saya kadang merasa nggak bisa dengan pekerjaan seperti itu. Waktu masih aktif mengajar saya kadang terlambat datang ke kampus. Mahasiswaku menunggu. Kadang juga saya yang menunggu mahasiswa. Ganti-gantian. Dosen dan mahasiswa saling menunggu dan ditunggu. Hidup berjalan lebih santai.
Tapi di Jakarta ini hidup berjalan lebih cepat. Sejak memiliki keterbukaan jejaring yang lebih luas saya didera oleh kesibukan demi kesibukan. Rapat ini dan rapat itu. Pertemuan ini dan pertemuan itu. Saya jalani itu semua.
Pertama, saya niatkan bahwa aktivitas saya ini semoga dapat membantu untuk mencari nafkah. Ya, sebagai ayah dengan empat orang anak saya harus bekerja. Saya nggak boleh main-main. Uang nggak bisa didapatkan lewat sulap. Semua harus ada usahanya.
Kedua, saya meniatkan jejaring yang saya miliki sebagai aset dalam berkontribusi untuk Indonesia. Saya ingin banget bisa memberi yang terbaik dari diriku untuk Indonesia. Negeri ini sudah banyak memberikan untuk saya. Saatnya saya harus memberikan juga untuk negeri ini.
***
Dalam proses untuk mengejar kehidupan ini saya kadang terjebak dalam kesibukan teknis yang menyita waktu dan tenaga. Tapi karena memang sejak lama sudah jadi aktivis saya merasa kesibukan apapun itu tidak menjadi masalah.
Selalu saja ada yang baru saya dapatkan. Ya teman baru, pengetahuan baru, dan pengalaman baru. Itu semua ingin sekali saya tulis dalam sebuah buku khusus, cuma kadang nggak ada waktu.
Kadang saya terlalu capek di malam hari. Saya sudah konsumsi habbatussauda, itu buat menjaga stamina. Alhamdulillah ada banyak bantuan dari sumplemen tersebut. Beberapa kawan juga saya usulkan agar mengonsumsi habbatussauda tersebut agar badan mereka jadi sehat, kuat, dan bisa maksimal dalam beraktivitas.
Gondangdia, 4 Oktober 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships
Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...
-
Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...
-
It is said that the best time to reflect is at night. The most universal sign of night is darkness. This means that when it is dark is the b...
-
At the afternoon, my conversation with friends about Morocco and Indonesia came to the figure of Ibn Battutah (24 February 1304 – 1368/1369)...
No comments:
Post a Comment