Saturday, November 24, 2018

Doa untuk Kiai Arif Marzuki

Kiai Arif Marzuki
Beberapa jam yang lalu saya membaca status Facebook dari Kiai Fadhlullah Marzuki yang mengatakan bahwa akhir-akhir ini kesehatan kakaknya, yaitu Kiai Muhammad Arif Marzuki terus menurun. Tak kurang dari asam urat dan pembengkakan prostat sering mengganggu aktivitasnya.

Puncak dari sakitnya, adalah kemarin (23/11/2018), ketika Kiai Arif Marzuki meminta untuk diantarkan ke rumah sakit di Makassar. "Biasanya, beliau menolak dibawa ke rumah sakit," tulis lulusan Pondok Modern Gontor tersebut. "Mungkin, sakitnya sudah tak tertahan," lanjut beliau.

Kiai yang juga pimpinan Pesantren Darul Istiqamah Pusat tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Hikmah di Jalan Yousef Latumahina Nomor 1, Paviliun 10. Akan tetapi, kondisinya terus drop. "Sepanjang malam ia muntah-muntah," kata Fadhlullah, "diduga ada pendarahan di lambung."

Seperti biasa, jika Kiai Arif dilanda sakit, maka sahabatnya, yaitu Haji Muhammad Jusuf Kalla segera meminta agar ajudannya agar Kiai Arif dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sore ini, kabarnya beliau akan dibawa ke Jakarta.

Keturunan Ulama Pejuang

Kiai Arif Marzuki adalah salah seorang ulama kharismatik asal Sulawesi Selatan yang genealoginya memang pejuang. Jejak perjuangan Kiai Arif dalam dakwah Islam tak diragukan lagi. Dia pernah masuk hutan mengikuti ayahnya, yaitu Kiai Ahmad Marzuki Hasan yang merupakan salah seorang 'tangan kanan' dari Pimpinan DI/TII Kahar Muzakkar.

Alasan resistensi Kahar Muzakkar kepada Bung Karno, sebagaimana yang dapat dilacak pada beberapa referensi (dan juga wawancara tokoh), adalah karena Bung Karno bermesraan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang notabene tidak senang kepada ulama dan Islam.

Ketika Kahar masuk hutan, ia pun mengajak Kiai Marzuki Hasan untuk bergabung. Selama lebih dari 10 tahun, Kiai Marzuki (ayah dari Kiai Arif) pernah menempati berbagai posisi strategis seperti Menteri Dalam Negeri, Menteri Penerangan, Dewan Fatwa, dan memiliki semacam apa yang saya sebut sebagai "nomaden school", yaitu sekolah berpindah-pindah karena kondisinya tidak memungkinkan untuk menetap.

Di hutan itu, Kiai Arif menamatkan hafalan Al-Qur'an. Tidak mudah tentu saja, akan tetapi dengan semangat dan bimbingan, itu bisa.

Setelah Kahar tertembak mati, Jenderal Jusuf kemudian meminta agar Kiai Marzuki Hasan juga keluar dari hutan. Tak lama, Kiai Marzuki pun keluar dan dikawal hingga ke Pare-Pare. Sejak tertembaknya Kahar, maka gerakan DI/TII Kahar Muzakkar boleh dikata telah jatuh, walaupun masih ada kelompok yang memimpin perlawanan di hutan sampai pada batas waktu tertentu.

Sejak di Pare-Pare itu, maka dakwah Kiai Marzuki Hasan tidak lagi di hutan, akan tetapi telah bergabung dalam NKRI. Dalam proses pembentukan negara kita, konflik seperti itu memang mau tak mau hadir dalam perjalanan bangsa.

Kalau diperhatikan, mereka yang berperang satu sama lain dulunya pernah ada yang satu guru--seperti Bung Karno dan Kartosuwirjo (yang gurunya adalah H.O.S Tjokroaminoto, sang "raja Jawa tanpa mahkota"), bahkan mereka adalah sama-sama pejuang kemerdekaan, seperti Bung Karno dengan Kahar Muzakkar.

Perbedaan pandangan politik membuat konflik sulit untuk ditemukan jalannya. Kendati perang dihindari, tapi dia juga senang untuk hinggap dalam sejarah manusia. Itu dia masalahnya. Kita ingin damai, tapi perang selalu ingin hadir.

Peribahasa Latin berkata, "Si vis pacem para bellum." Jika kamu menginginkan damai, maka bersiaplah untuk perang. Begitulah.

Tapi soal perang antar kawan itu soal dulu. Sudah berlalu. Kita berharap tak ada lagi perang dalam bentuk apapun antara kita, tetangga kita, dan kawan-kawan terjauh kita.

Kiai Arif Marzuki bersama Haji Muhammad Jusuf Kalla


Dakwah Darul Istiqamah


Suatu ketika, ada pertemuan antara Pangdam yang katanya merindukan hadirnya pesantren yang menyatu antara masyarakat dengan santri sebagaimana yang ada sebelum pergolakan. Di antara peserta yang hadir, Kiai Marzuki Hasanlah yang merealisasikan itu dengan mencari lokasi dan mendirikan pesantren dengan nama Pesantren Darul Istiqamah.

Sejak itu, Pesantren Darul Istiqamah menyebarkan dakwah dan pembentukan jejaring terutama di Sulawesi Selatan. Ada banyak orang penting yang pernah hadir, berkunjung di Darul Istiqamah, mulai dari Haji Muhammad Jusuf Kalla--yang sejak lama membantu pesantren, seperti bantuan bus Darul Istiqamah, bibit pohon mangga yang sampai sekarang masih berbuah di kampus SPIDI--hingga berbagai duta besar, gubernur, bupati, tokoh masyarakat, dan juga para ulama dari dalam dan luar negeri.

Melajunya dakwah Darul Istiqamah tidak hanya di Indonesia, akan tetapi juga hingga merambah ke luar negeri. Beberapa tahun yang lalu misalnya, Darul Istiqamah bekerjasama dengan Imam Shamsi Ali, mengirimkan dua penghafal Al-Quran untuk menjadi imam di Masjid Al-Hikmah New York dan Masjid Al-Falah Philadelphia. Tahun selanjutnya juga begitu.

Kehadiran dua imam tersebut menjadi berkah tersendiri bagi pengajian Islam di sana. Anak-anak dan ibu-ibu senang hadir dalam pengajian tersebut. Disamping mereka dapat memperbaiki bacaannya, mereka juga mendapatkan ilmu dari kedua ustad tersebut, yaitu Ust Bahar dan Ust Azizul Hakim Mansyur. Kontribusi Ust Muzayyin Arif dalam hal ini begitu progresif futuristik dalam dakwah Darul Istiqamah ke mancanegara.

Keteladanan


Kiai Arif Marzuki punya banyak keteladanan. Salah satunya adalah ia senang membantu orang lain untuk menikah. Mereka yang sudah berumur dewasa tapi belum menikah sering dicarikan jodohnya. Bahkan maharnya juga tidak menjadi sesuatu yang memberatkan.

Banyak orang yang terbantu oleh tangan beliau. Tak hanya dalam pernikahan (saya salah seorang yang beruntung dinikahkan oleh beliau) tapi juga dalam pendidikan, dan keilmuan. Pengajian Tafsir Al-Qur'an yang beliau bawakan terus diikuti oleh para jamaah. Selalu ada hal baru yang ia jelaskan dalam pengajian tersebut.

Kini, Kiai Arif Marzuki sedang sakit dan dibawa ke RSCM. Secara pribadi, saya berdoa semoga beliau diberikan kesembuhan oleh Allah swt. Ya Allah ya Rahman ya Rahim, berikanlah kesembuhan kepada guru dan orang tua kami, Kiai M Arif Marzuki agar dapat terus memberikan dakwah, nasihat, dan penerangan bagi kaum muslimin. *

2 comments:

  1. semoga Allah selalu menjaga beliau...masih hangat di ingatan tentang beliau...yang pernah menimba ilmu dengan beliau pasti memiliki kesan yang terdalam...

    ReplyDelete
  2. Syafahallah. Laa ba'da thahuurun insyaa Allah

    ReplyDelete

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...