Monday, June 24, 2019

Faisal Pakaya, Aktor Lawas, dan Pembelajar Tangguh

Foto bersama salah seorang senior saya yang terbaik, Faisal Pakaya

Pada sebuah magrib di Gramedia Matraman, Jakarta (11/4), saya bertemu seorang senior di Pondok Pesantren Darunnajah. Namanya: Faisal Pakaya. 
Sejak dulu, lelaki asal Gorontalo itu, tingginya awet. "Biasa kita ketemu di Nusantara," kata beliau. Ya, waktu santri dulu saya biasa bertemu dengannya. Mungkin, karena kami sama-sama berasal dari konsulat yang sama, Indonesia Timur. Namanya: Ikatan Santri Konsulat Indonesia Timur (ISKIT).
Semasa nyantri, Faisal Pakaya pernah main film tentang Nabi Ibrahim. Saya lupa persis ia menjadi apa, akan tetapi perannya ketika itu sangat vital. Ia tampil sebagai seorang raja berwibawa. Perawakannya yang tinggi dan gagah membuatnya tepat untuk tampil sebagai raja.
Faisal Pakaya saat menjadi aktor lawas dari Pesantren Darunnajah
Film yang diperankan oleh Faisal Pakaya ketika itu di TPI. Sekitar tahun 1990-an pertengahan. Bagi saya, peran Faisal ketika itu sangatlah penting dan menjadi salah satu titik penting dalam dunia seni peran, khususnya di kalangan santri Indonesia.
Sampai saat ini, tidak banyak santri yang dapat menjadi aktor film. Tapi, Faisal Pakaya bisa. Sesungguhnya, banyak juga santri yang bisa bermain peran dengan baik seperti dalam pentas-pentas kesenian pantomin, drama, musik, dan lain sebagainya. Benih-benih aktor memang ada di kalangan santri tertentu.
Selepas dari Darunnajah, Faisal Pakaya berencana kuliah di Saudi Arabia. Bahkan, ia menetap 2 tahun di sana untuk mendapatkan penerimaan di kampus tersebut. Akan tetapi, takdir yang berpihak padanya untuk menjadi mahasiswa di Saudi.
Setelah itu, ia balik ke Gorontalo. Ia mengajar di Pesantren Hubulo, sebuah pesantren bagus di Gorontalo yang namanya dari bahasa Arab: Hubbulloh. Artinya, "mencintai Allah."
Faisal kemudian mengajar di salah satu sekolah di Malaysia. Beberapa tahun ia lakoni sebagai pengajar di negeri jiran tersebut.
Kini, Faisal Pakaya, lelaki tinggi alumnus Darunnajah angkatan 19, menetap di Gorontalo sebagai salah seorang komisioner Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sekaligus sedang menyelesaikan kuliah masternya di IAIN Sultan Amai, Gorontalo.
Sebagai sesama mantan anggota Ikatan Santri Konsulat Indonesia Timur (ISKIT) Darunnajah, saya ingin mengucapkan, semoga sukses buat Ust Faisal Pakaya. Semoga lancar berbagai aktivitasnya, dan mungkin sekali-kali main film religi lagi, ustad. *

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...