Saturday, December 28, 2019

Kata Pengantar Buku Rosaria Indah



Kata Pengantar
Belajar dari Tekad Anak Indonesia di Australia
Oleh Yanuardi Syukur

Indonesia kaya dengan nilai-nilai positif yang sangat membantu anak bangsanya untuk menggapai cita-cita. Pepatah seperti “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”, atau “siapa bersungguh-sungguh, dia dapat,” dan lain sebagainya, menjadi semacam “mantera” yang sangat ajaib dan mengubah orang biasa menjadi luar biasa, orang pinggiran (periphery) menjadi orang pusat (center).

Dari sekian banyak anak bangsa yang belajar di luar negeri, salah satu di antaranya adalah dokter Rosaria Indah yang saat ini tengah bergelut menuntaskan pendidikan doktoralnya dalam bidang pendidikan profesi kesehatan di University of Sydney, Australia. Rosaria adalah tipikal “anak daerah” (Aceh) yang punya semangat tinggi untuk belajar dan tidak tanggung-tanggung, ia menuntaskan pendidikan sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), kemudian master dari Maastricht University (Belanda), dan sedang program doktor di University of Sydney (Australia). Pengalaman belajar di tiga kampus tersebut tentu saja tidak mudah, tapi bagi seorang Rosaria—yang biasa disapa Ocha—ia bisa menuntaskan itu dengan semangat yang tinggi dan dibarengi dengan doa.

Rawat Motivasi Belajar

Hal pertama yang dapat kita petik dari buku karya Rosaria ini adalah soal motivasi belajar. Jika melihat ke belakang, para tokoh bangsa kita punya memiliki semangat belajar dan pergerakan yang tinggi. Bung Karno misalnya, ia belajar di THS (sekarang ITB), dan menjadi insinyur dari kampus tersebut. Bung Hatta menyelesaikan doktorandus dari Belanda dan terlibat dalam perdebatan wacana kebangsaan di berbagai surat kabar. Kedua tokoh besar ini—yang satu belajar di dalam negeri dan satu lagi di luar negeri—sama-sama memiliki semangat belajar yang tinggi, semangat berjuang yang luar biasa, serta semangat untuk menyatukan bangsa Indonesia yang sangat diversitas ini.

Apa yang membuat Bung Karno dan Hatta bersemangat belajar? Besar kemungkinan adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk kemajuan bangsa. Melihat ketimpangan yang melanda masyarakat Indonesia, keduanya kemudian turun tangan dan ambil bagian dalam upaya untuk membawa bangsa ini merdeka, berdaulat, dan sejahtera. Semangat keduanya tentu saja sangat penting untuk diketahui, dipahami, dan dihayati oleh pemuda Indonesia, bahwa ketika mereka mendapatkan kesempatan belajar—di dalam atau luar negeri—sesungguhnya mereka mengemban amanat rakyat untuk belajar sebaik-baiknya, serta pada saatnya nanti memberikan sebanyak-banyaknya untuk kebangkitan bangsa.

Dalam buku ini, dokter Ocha telah berupaya untuk itu, menunjukkan bahwa: man jadda wajada! Siapa bersungguh-sungguh, dia dapat. Siapa belajar bahasa Inggris secara serius, dia besar kemungkinan bisa kuliah di negeri berbahasa Inggris. Perjuangan dokter Ocha sejak memutuskan untuk lanjut kuliah di Belanda dan Australia menjadi sangat inspiratif bagi para pemuda Indonesia, bahwa mereka semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan beasiswa kuliah di dalam maupun luar negeri. Seberapa besar peluang yang hadir sangatlah dipengaruhi oleh seberapa besar usaha yang dikeluarkan.

Membudayakan Menulis

Dalam buku ini, dokter Ocha telah memberikan teladan dalam hal menulis. Pengalaman berkuliah di luar negeri tentu saja tidak gampang, dan pastinya ada banyak hal yang tidak ditemukan di Indonesia, dan itu menarik untuk dibagi kepada sesama. Seseorang yang belajar di Australia misalnya, dapat menuliskan bagaimana pengalamannya ketika baru tiba di benua kangguru tersebut, bagaimana berdialog dengan orang Australia—yang memiliki bahasa Inggris yang khas—dan juga bagaimana menjalani kehidupan perkuliahan baik saat sendiri atau bersama keluarga. Menyekolahkan anak di negara tersebut juga sangat menarik untuk dibagi, seperti juga pengalaman mengumpulkan receh-receh dollar Australia saat bekerja di sana.

Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh dokter Ocha kemudian ia tuliskan dalam buku ini. Secara umum, dalam buku ini ia menulis soal perjalanannya sebagai pembelajar, pengejar beasiswa, pemimpin, tips-tips menjalani kuliah PhD, serta berbagai isu yang ia minati ketika kuliah. Saya banyak teman yang kuliah di berbagai negara akan tetapi tidak semua bisa—dan berhasil—menuliskan ide-idenya dalam bait-bait halaman. Entah apa kesulitan yang dihadapi oleh pelajar lainnya sampai terasa sulit menuliskan pengalamannya sendiri, akan tetapi jika seseorang berkonsentrasi untuk menulis pengalamannya yang dikaitkan dengan isu-isu kontemporer, rasanya akan lebih mudah ia tuntaskan tulisannya tersebut.

Ada banyak buku yang beredar di toko dan rak-rak buku terkait pengalaman belajar. Ada yang menulis pengalaman kuliah, pengalaman ikut short course, pengalaman travelling, atau sekedar kajian pustaka tentang negara tertentu kendati mereka tidak pernah berkunjung ke negara tersebut. Publikasi pengalaman ini tentu saja sangat penting untuk memperkaya khazanah budaya literasi kita yang jika dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya kita masih rendah. Maka, jika para pelajar membiasakan menulis—entah itu pengalaman atau ide-ide dan hasil risetnya—pastinya akan bermanfaat untuk akselerasi budaya literasi kita, apalagi saat ini kita tidak kekurangan bahan dengan hadirnya google yang setia membantu data apa yang kita butuhkan.

Namun, walaupun banyak buku pengalaman belajar telah ditulis, buku karya dokter Rosaria Indah ini menarik paling tidak dalam beberapa hal. Pertama, sebagai motivasi buat anak bangsa bahwa mereka bisa menggapai cita-cita setinggi mungkin. Ocha yang orang Aceh—jauh dari pusat kota Jakarta—saja bisa melanjutkan pendidikan tinggi dan terus berprestasi, kenapa anak bangsa lainnya tidak bisa? Kedua, “pengalaman adalah guru terbaik” masih relevan dalam konteks berbagai cerita nyata yang telah dialami untuk menjadi teladan, hikmah, bahkan pengingat (reminder) bagi orang lain. Apa yang ditulis dalam buku ini merupakan kisah nyata, cerita real yang dialami oleh seorang dokter yang berjuang bersama suami dan anaknya untuk bisa struggle for life di negeri orang. Hal ini tentu saja sangat menginspirasi secara umum untuk mereka yang sedang berjuang untuk kuliah di luar negeri, khususnya bagi mereka yang akan kuliah di Australia.

Kembali Menguatkan Cita-Cita

Cita-cita ibarat roda; kadang di atas kadang di bawah. Kadang cita-cita itu kuat tapi sering juga dia lemah. Cita-cita bisa kuat manakala kita mendapatkan penguat dari dalam diri atau supporting dari lingkungan sekitar. Bagi mereka yang sedang down, membaca buku ini mereka bisa mendapatkan suntikan semangat bahwa dunia belum berakhir, dan selama nafas masih ada yang namanya kesempatan itu selalu ada. Bahkan, jika satu kesempatan tertutup mereka masih punya kesempatan lainnya. Sedangkan bagi mereka yang sedang bersemangat menggapai cita-cita, membaca buku ini dapat menjadi penguat semangat mereka untuk berbagi cerita kepada publik. Ilmu dan pengalaman yang mereka punya mungkin terasa biasa-biasa saja—apalagi jika membandingkan diri dengan yang lebih hebat—tapi jika dituliskan pasti ada saja orang yang merasa, “wah, pengalaman ini penting sekali untuk saya”, atau “buku ini sangat berguna buat saya dalam menggapai cita-cita.”

Apa yang telah ditulis oleh dokter Rosaria Indah dalam buku ini diharapkan dapat kita ambil berbagai hikmah di dalamnya. Kita berharap dokter Ocha dapat terus berbagai ilmu dan pengalamannya untuk masyarakat Indonesia secara khusus, dengan terus meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang dokter, pendidik, dan juga inspirator bagi masyarakat Indonesia. Ada banyak dokter yang telah berbagi dan jadi inspirasi bagi kita, namun jumlah itu masih sedikit dibanding banyaknya masyarakat kita yang membutuhkan teladan dan inspirasi. Selamat untuk dokter Rosaria Indah atas terbitnya buku ini. Mari kita ambil yang terbaik dari cerita-cerita ringan dokter Ocha, dan kita sebarkan inspirasi tersebut untuk kebangkitan bangsa Indonesia.
Jakarta, 18 Agustus 2017


No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...