Menerima kenang-kenangan dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto |
Sudah lama saya ingin berkunjung ke kantor DPP PDIP, tapi tak kunjung terlaksana. Sejak sekolah dulu, saya biasa lewatin kantor PDIP yang di Lenteng Agung. Saya pikir di situlah kantor pusatnya, tapi ternyata itu bukan kantor utama. Yang utamanya adalah di Jalan Diponegoro. Sejenak saya teringat kembali. "Oh ya, dulu kan peristiwa Kudatuli terjadi di Jalan Diponegoro, kantor PDI."
Kedatangan saya ke PDIP dalam rangka mewakili Yayasan Negeri Rempah yang diundang untuk diskusi terkait jalur rempah. Tempatnya di Lantai 5, Kantor DPP PDIP. Acaranya di Senin, 23 Desember 2019.
Secara umum, PDIP mengangkat jalur rempah sebagai salah satu bahasan dalam Mukernas nanti dlm konteks bgmn mewujudkan kejayaan kembali Indonesia lewat jalur rempah.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa ketika Bung Karno merumuskan Pancasila, itu juga berpijak pada hidup-mati sebuah bangsa, dari kebudayaan Indonesia yang tak terlepas dari rempah.
"Mengangkat jalur rempah adalah bagian dari politik gagasan untuk Indonesia sekaligus jalan kebudayaan," kata Hasto.
Di tengah OBOR Cina, Indonesia perlu mengangkat jalur rempah sebagai jalan kemakmuran, sebuah jalan peradaban yang bertumpu pada "apa yang kita punya". Sangat menarik kalimat "apa yang kita punya" itu. Ada semangat berdikari yang kuat bertenaga di situ.
Sela-sela makan siang, saya juga diskusi dengan Pak Djarot Saiful Hidayat yang mengatakan bahwa ia tertarik untuk membahas terkait jalur rempah dengan yayasan. Bahkan, jika ada ide atau konten dari yayasan, dapat didiskusikan, atau dicetak oleh PDIP yang nanti jadi panduan bagi seluruh petugas partai.
Sekjen PDIP juga ingin mendapatkan buku yang ditulis oleh yayasan kami. Dalam waktu dekat, kami akan bawakan 2 eksemplar sekaligus bertemu di kantor bersama beberapa kawan dari Yayasan Negeri Rempah.
Ngopi dulu saat acara baru dimulai |
Foto bersama Pak Djarot Saiful Hidayat, Mas Fadly Rahman dari Unpad, dan Mas Cahyadi setelah diskusi |
Isu jalur rempah menurut saya cukup bagus untuk diangkat dalam konteks upaya untuk memajukan Indonesia dari jalur kebudayaan.
Oya, setelah acara berakhir, saya juga menerima kenang-kenangan buku dari Sekjen Hasto tentang Ibu Mega dan PDIP. Sebelumnya, saya juga aktif memberikan masukan kepada beliau dan forum. Setelah diskusi, saya juga diwawancarai oleh wartawan Tribun, tanggapan terhadap ide yang diangkat oleh PDIP.
Di forum, sebagai penanggap pertama, saya beri masukan terkait pentingnya jalur rempah diangkat dlm RPJMN, dukungan terhadap usulan jalur rempah kepada UNESCO sebagai world heritage, pentingnya mengangkat komoditas rempah sekaligus kebudayaan manusia Indonesia, inspirasi kepada rumah ibadah agar membuat tanaman obat keluarga atau tanaman yang disebutkan dalam kitab suci (inspirasinya waktu saya berkunjung salah satu rumah ibadah di Pittsburgh), dan pentingnya membuat pusat-pusat kajian rempah selain Sriwijaya Center yang cukup penting sebagai salah satu basis dari kejayaan masa lalu Indonesia.
*Terima kasih kepada PDIP yang telah mengundang Yayasan Negeri Rempah, dan terima kasih kepada Mas Bram dan Mbak Ratih yang telah mengirimkan saya dan Pinpin Cahyadi sebagai peserta mewakili yayasan.
No comments:
Post a Comment