Rumah Produktif Indonesia (RPI) adalah satu dari sekian organisasi yang saya dirikan ketika studi S3 di Departemen Antropologi FISIP UI. Pendirian ini tidak ada korelasi khusus dengan studi akan tetapi tidak terlepas dari faktor itu. Pada 2016-2020, saya telah menginisiasi beberapa komunitas seperti Forum Alumni Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (FA-AIMEP) (diresmikan lewat penerbitan buku Hidup Damai di Negeri Multikultur, Gramedia 2017), Asosiasi Penulis Indonesia Internasional & Rasyidin Foundation ("diresmikan" lewat postingan di IG @yankoer), dan Center for Global Terrorism Analysis ("diresmikan" lewat tulisan saya di Detik.com, 18/10/2019). Selain itu adalah berbagai organisasi yang saya turut inisiasi bersama beberapa kawan seperti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) yang berada di bawah SKSG UI, Center for Islamic and Global Studies (CIGS) ("eks" Kajian Zionisme Internasional, berdiri sejak 2006/2007), dan lainnya.
Sebelumnya, tahun-tahun pertama jadi mahasiswa di Antropologi Unhas saya juga mendirikan Forum Studi Pengembangan Antropologi (FSPA) yang salah satu programnya adalah diskusi bersama Prof. Abu Hamid (alm.) di Aula FISIP Unhas. Di Forum Lingkar Pena, sepulang dari Munas FLP di Jogja (2015), saya menyesuaikan nama FLP Makassar menjadi FLP Sulsel dan membentuk cabang Makassar (basisnya di mahasiswa UNM), ranting Unhas, ranting STIK Tamalate dan ranting UIN Alauddin. Di Ternate saya juga dirikan FLP Malut dan Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Malut selain membentuk Taman Pengajian Al-Qur'an Al-Hijrah yang sejak 2006 sampai 2020 telah mendidik ratusan anak-anak di kota Tobelo.
Kehadiran RPI tidak terlepas pula dari "janji" saya kepada diri sendiri untuk terus berbuat sesuatu (menghadirkan sesuatu) setiap tahun, terutama dalam momentum ulang tahun 13 Januari. Selalu ada hal baru yang saya harus lakukan sebagai kontribusi pada komunitas dan bangsa Indonesia. Sepulang dari Australia misalnya, selain menuntaskan buku pribadi saya juga menuntaskan buku antologi dan membuat komunitas FA-AIMEP yang bermitra terutama dengan Kedubes Australia di Jakarta dan AIMEP di Australia. Ada semacam perasaan tidak tuntas jika tidak berhasil membangun kolaborasi berbagai potensi unggul anak bangsa dalam satu gerakan bersama. RPI adalah bagian dari "perjalanan menemukan" saya dari sekian banyak bertemu orang, hadir event, dan acara di dalam dan luar negeri. Saya merasa lembaga ini harus hadir, harus berkembang, dan harus bermakna bagi anggotanya dan juga bagi bangsa kita.
Grup "Produktif di Rumah"
Kelahiran RPI terutama disebabkan oleh pandemi covid-19 yang melanda Indonesia. Sekitar 2 minggu setelah Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama (orang Depok), di Istana Bogor, saya sering mendengar kata "produktif di rumah". Akan tetapi tidak banyak orang berpikir untuk menggunakan kalimat itu sebagai gerakan bersama. Maka, pada 18 Maret 2020 saya membuat grup Whatsapp "Produktif di Rumah" dan menambahkan kawan saya asal Buton Hidayat Doe yang juga adik tingkat saya di FISIP Unhas. Saya kenal dekat dengan Hidayat saat sama-sama ikut English Meeting di MAKES (Masjid Al-Markaz Al-Islami, Makassar). Waktu itu saya lagi persiapan untuk kejar IELTS 6.5 atau 7 agar bisa lanjut kuliah PhD di ANU sesuai SK LPDP. Ketika lagi pulang ke Makassar (sebelumnya saya ikut persiapan bahasa oleh LPDP di ITB). Hidayat yang mau lanjut S2 juga butuh bahasa Inggris. Ketika itu, kami (saya, Hidayat, dan Ismawan) juga belajar IELTS kepada kawan kita Arif Supam Wijaya yang baru tamat S2 dari James Cook University, Australia.
Pada masa itu, istri, Dhiah Ashri, kerap menceritakan ke saya terkait Institut Ibu Profesional (IIP) yang diikutinya. Berbasis pada WhatsApp, IIP bisa berkembang sangat pesat. Saya pikir, cerita dampak IIP itu dapat dijadikan inspirasi untuk pembentukan kolaborasi lainnya. Nyaris hampir tiap hari saya membicarakan terkait bagaimana harusnya RPI dikembangkan bersama istri saya, termasuk siapa saja tokoh yang perlu diajak untuk itu. Dalam penyusunan kepengurusan, saya kerap meminta pendapat istri saya, agar satu gagasan dapat dipikirkan oleh dua orang, selain berdialog dengan beberapa kawan saya di awal-awal terbentuknya RPI. Peran suami-istri memang sangat penting dalam terbentuknya sebuah organisasi, termasuk IIP yang didirikan oleh idealisme sepasang suami dan istri.
Cerita di awal-awal grup itu dimulai dengan pesan saya kepada Hidayat Doe. "Dayat, ini saya buat grup agar bisa berbagi hal-hal produktif. Bisa add yang lain." Hidayat bertanya, "Dalam hal-hal apa ni kak?" Saya jawab, "Dalam arti seluas-luasnya. Yup." Hidayat kemudian mengusulkan agar kita membahas tentang kepenulisan karena dia merasa canggung untuk berkomentar di grup lainnya--grup Asosiasi Penulis Indonesia Internasional yang saya buat--karena belum kenal.
Tak lama, Hidayat kemudian menambahkan beberapa orang ke grup, yaitu Ismawan Amir, Marwan, dan Zulfiqar RG. Dari empat nama tersebut, saya kenal dengan Ismawan yang pernah saya rekomendasikan untuk wawancarai Murgibah Marshanda (FE-Unhas). Ismawan dan Hidayat juga pernah bertemu saya di Pesantren Darul Istiqamah--yang selanjutnya Ismawan menikah dengan cucu pimpinan pesantren dan sampai sekarang aktif di dalamnya. Nama lainnya saya familiar dengan Marwan namun tidak begitu sering berkomunikasi. Nama-nama awal ini diperkenalkan oleh Hidayat di grup dengan aktivitasnya masing-masing.
"Selamat gabung di grup produktif di rumah", tulis saya ketika itu. Ismawan mengirimkan gambar "Dari rumah dapat 5200 dollar" yang menurut saya merupakan "info sangat penting di zaman sekarang". Diskusi awal bertanya soal kabar di masa pandemi. "Apa kabar kak doktor?" tulis Ismawan yang saya jawab, "Kabar baik, banyak di rumah." Selanjutnya, "Depok locked ya?" Saya jawab, "Nggak juga. Ikut aturan pemerintah aja." Hidayat Doe selanjutnya memperkenalkan anggota baru yang digabung sebagai berikut: "Saya kenalkan teman-teman. Marwan adalah anak Buton yang mau kuliah di UI, lulus LPDP ke UI. Sering nulis juga orangnya. Zulfikar adalah teman satu kelas, dari Masamba, juga aktif nulis." Selanjutnya, Hidayat menambahkan Ramdha Mawadha sebelum saya mengubah ikon grup menjadi "Produktif di rumah" yang dibuat di Canva (warna orange): "Kenalkan, Ramdha ini adalah eks wartawan Bisnis Indonesia. Penulis aktif."
Hidayat Doe memperkenalkan saya kepada kawan-kawan baru. "Sekedar info ke teman-teman, Kak Yanuardi Syukur adalah penulis dan Antropolog. Kita bisa saling sharing." Setelah saling berkirim salam, kita lanjut cerita, "Info corona di Makassar bagaimana?" tanya saya. Marwan mengirimkan informasi tentang itu dengan menulis, "Sejauh ini, cuma ini." Tak lama, Hidayat menambahkan Sita Hadilang dan menulis, "Selamat bergabung Sita. Wartawan Kompas. Untuk sementara saya hanya memasukkan teman-teman yang punya kompetensi menulis sehingga bisa saling berbagi pengalaman menulis. Terus terang saya perlu belajar juga sama teman-teman." Hidayat juga menambahkan Azaz, dosen Universitas Muhammadiyah Buton yang juga aktif mnulis di Kendari Post.
Sita Hadilang setelah diperkenalkan kemudian menjawab, "Aduh kak. Saya mohon maaf, saya sudah tidak di Kompas. Tidak banyak menulis juga sekarang. Ilmu tulis-menulis saya masih sangat cetek kak. Tapi terima kasih sudah diajak bergabung." Setelah itu, saya mengirimkan ucapan Ahlan Wasahlan ("selamat datang", bahasa Arab) dengan teks sebagai berikut: "Selamat bergabung di WAG PRODUKTIF DI RUMAH, sebuah wadah silaturahmi dan sharing tentang hal-hal positif-produktif seperti menulis, review buku, info terkini dari daerah, nasional, internasional, yang dapat memperkaya wawasan anggota. Selamat bergabung. Bisa juga diajak kawan-kawan lainnya. Terima kasih. Salam dari Depok, Yanuardi Syukur." Saya juga menambahkan kalimat untuk selamat datang tersebut dengan tambahan redaksi "Dalam situasi covid-19 yang lebih banyak orang di rumah tentu perlu ada sharing tentang bagaimana produktif di rumah, terutama bagi mereka yang terbiasa kerja di luar." Marwan juga sempat mengirimkan sharing video singkat.
Hidayat Doe menulis kembali, "Sekedar info, grup ini yang inisiasi Kak Yanuardi Syukur" dan melanjutkan dengan kalimat "Terima kasih Kaka Yan, Insya Allah grup ini bermanfaat dunia dan akhirat." Dia juga berpendapat bahwa "media online yang menurut saya pribadi paling bagus dijadikan rujukan menulis artikel ada tiga: The Conversation, Mojok, dan Geotimes." Kemudian, Hidayat menambahkan kawan lainnya, Muh Hidayat Hasan, seorang pegiat LSM yang pernah presentasi pada konferensi internasional dan tulisannya masuk dalam prosiding ketika mahasiswa sarjana. Menanggapi postingan Hidayat, Marwan menulis, "Btw, media-media saya amati sering menggunakan istilah bahasa Inggris yang tidak disertakan dengan arti dalam bahasa Indonesia. Misalnya, social distancing. Padahal tidak semua orang paham maknanya." Hidayat menanggapi, "Saya sendiri tidak paham makna persisnya itu apa. Pengambilan jarak dengan lingkungan sosial ya?" dan bertanya media mana yang bagus menjelaskan tentang corona? Terkait arti social distancing, Marwan menjawab, "Mungkin jarak sosial" sambil menjelaskan bahwa info corona--sejauh ini--ia ikuti dari media mainstream sembari kirim link dari website merinding.com berjudul "Sejarah Wabah Besar yang Melanda Dunia Setiap 100 tahun (1970, 1820, 1920, 2020)." Hidayat Doe yang saya minta untuk menambahkan berbagai kawan kemudian menambahkan anggota baru, Abdullah Fikri, wartawan Kompas. Tentang terjemahan tadi, saya berkomentar lebih cocok dengan "pembatasan sosial" untuk kata social distancing. Belakangan, pemerintah juga pakai kata "pembatasan sosial" lewat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dalam hari-hari pertama itu, saya begitu aktif menulis artikel terkait covid-19, selain menjadi pembicara pada berbagai acara terutama via whatsapp dan zoom. Saya sharing tulisanku "Menyikapi Pandemi Virus Korona" dan "Isolasi Diri: Mencegah Korona, Mencetak Karya" di tintahijau.com dan memberi semangat, "Mari kita produktifkan diri di rumah dengan berbagai hal baik, salah satunya menulis. Ada baiknya tetap kita membawa walau sedikit. Mari berbagi ide lewat tulisan." "Siap kang," tulis Abdullah Fikri, sementara jempol tiga dikirim Marwan dengan sharing berita "China berhasil ciptakan vaksin Covid-19, siap diproduksi massal" dari viva.co.id. Wajah grup setelah itu banyak dihiasi dengan sharing berita, artikel, gambar, dan diskusi. Marwan mengirimkan artikel "health coronavirus Indonesia event" dari reuters.com dan "ribuan orang kumpul polisi tak bubarkan ijtima dunia karena alasan ini" dari detik.com. Muh Hidayat Hasan berkomentar tentang "ijtima' dunia" tersebut bahwa, "Pemprov baru-baru ini membatalkan, ketika peserta dari brebagai negara sudah berkumpul di Gowa. Semoga masih belum terlambat." Marwan menjawab, "Alhamdulillah. Tapi peserta-pesertanya sudah banyak yang datang. Menurut info mereka akan segera dipulangkan." Diskusi membahas tentang pertemuan jama'ah tabligh di Gowa. Saya kemudian menambahkan Eli Leu, antropolog muda yang juga aktivis literasi dari Parigi Moutong. Diskusi ketika itu juga bahas pertanyaan Marwan, "apakah ada artikel yang membahas corona dan depresi global?" Saya jawab, "Bisa berpengaruh pada politik nasional nantinya." Hidayat Doe mengirim berita dari detik.com terkait "Google bikin heboh! Dolar AS diklaim tembus Rp. 16.000."
Saya kemudian mengubah nama grup "Produktif di Rumah" menjadi "Rumah Produktif" dengan logo yang saya buat dari Canva. "Logo grup kita," tulis saya. Sebelumnya, Hidayat mengirim tiga jempol dan informasi breaking news dari fajar.co.id bahwa ada "dua kasus positif korona di Sulsel" yang saya komentari, "Harus banyak isolasi diri sekarang." Saat itu, isolasi diri menjadi kalimat yang paling sering menjadi solusi atas corona. Kata Hidayat, "Betul, corona ini menyerang secara ofensif."
Kebutuhan Sesi Berbagi
Setelah itu, ada pertanyaan dari Hidayat Doe, "Kira-kira kapan sharing class-nya Kak Yan?" Ismawan muncul dengan berita, "Sakit corona menembus 310 orang, 25 wafat." Saya sharing berita republika.co.id, kalimat dari Jubir Covid-19 bahwa, "Tak semua kasus positif corona harus dirawat di RS". Diskusinya memang agak selang-seling saat itu. Hidayat menulis, "Kita tetapkan waktu free biar online semua." Saya setuju. Setelah itu, Ismawan Amir posting berita dari Djournalist.co bahwa Muzayyin Arif (Wakil Ketua DPRD Sulsel) mengapresiasi pemerintah dalam menangani ijtima Jama'ah Tabligh Asia 2020. Saya meminta kepada Hidayat untuk membuatkan jadwal sharing dan list siapa saja yang jadi pembicara dengan materinya. Untuk itu, kata Hidayat Doe, "Kak Yan pemantik diskusi perdana. Nanti kebagian semua sebagai pemantik."
Saya membuat "Jadwal sharing session Grup Rumah Produktif" dengan nomor 1 materi saya berjudul "Produktif Menulis dari Rumah" dengan host Hidayat Doe. Nomor 2, 3, 4 bisa diisi oleh anggota grup. Hidayat berkomentar, "Kita butuh metode yang membuat kita efisien, efektif dan praktis menulis. Meski sebenarnya harus metode learning by doing (LbD). Sambil menunggu masukan dari teman-teman, Hidayat menulis, "Ini grup serius. Tidak sembarang orang kita masukkan. Ciee". Marwan mengisi list nomor 2 dengan judul "Mengubah kebiasaan menulis jadi hobi." Nomor 2 ini saya suka, kata Hidayat. Tak lama, ia juga memasukkan Fajlurrahman Jurdi, pengajar FH Unhas. Setelah berkirim sapa, Hidayat juga mengirimkan tulisan panjang broadcast "Rasional dalam bertindak." Setelah itu saya juga kirim berita dari kompas.com yang menangkat statement Presiden Jokowi, "Pemerintah siapkan obat covid-19, jumlahnya jutaan butir" yang saya komentari, "semoga obatnya manjur untuk mengobati coronavirus."
Hidayat Doe sudah tak sabar ada sharing session. Dia bertanya, "Kira-kira kapan sharing session-nya?" Muh Hidayat Hasan mengusulkan, "Selepas isya kayaknya waktu yang bagus buat sharing session." Saya setuju. Hidayat kemudian mengirimkan jadwal dan materinya. Kata saya, "Makin banyak yang aktif sharing makin bagus. Grup ini makin bermakna. Kita maksimalkan grup ini sebaik mungkin agar manfaatnya terasa bagi anggota" Muh Hidayat Hasan menjawab, "betul pak." Hidayat Hasan mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri terkait nama grup ini: rumah produktif. "Saya barusan nanya sama diri sendiri pas baca nama grup ini, 'Seberapa produktif saya jalani social distancing ini? hehe" Pertanyaan itu dijawab Hidayat Doe, "Tabe' kanda. Ada nasihat langit seperti ini: Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan banyak manfaat pada manusia." Saya minta Fajlurrahman Jurdi untuk nanti sharing cara menulis buku teks mengingat beberapa buku teksnya telah terbit dan diminati publik. "Nasihat langit" tadi itu saya sampaikan teks latinnya: "Khayrunnas anfa'uhum linnas. Saya masih tetap meminta agar tambah kawan-kawan agar grup bisa lebih ramai.
Tentatif judul dan pemateri yang dibuat oleh Hidayat adalah sebagai berikut: Produktif menulis di masa isolasi diri dari Covid-19 (Yanuardi Syukur), Mengubah kebiasaan menulis menjadi hobi, Menulis bukan beban dan tuntutan, Kreatif menggali dan menemukan ide tulisan, Kreatif membuat dan menemukan angle tulisan, Membuat dan menyusun kerangka tulisan, Kiat memulai tulisan, Membuat judul tulisan menarik, Sukses membuat tulisan artikel dan opini, Strategi dan teknik menulis buku populer part 1 (Yanuardi Syukur), Strategi dan teknik menulis buku populer part 2 (Yanuardi Syukur), Strategi dan teknik menulis buku teks part 3 (Fajlurrahman Jurdi), Strategi dan teknik menulis buku teks part 4 (Fajlurrahman Jurdi). Ismawan mengirim satu jempol, dan Fajlurrahman menulis "ahsiyaap." Acara sharing pertama diadakan pada 21 Maret 2020 pukul 19.30WIB dengan pembicara saya dan moderator Hidayat Doe. Saya sharing selama 15 menit, setelah itu diskusi. Saya juga minta agar info ini disebar di FB agar banyak yang ikut. Idham Malik, aktivis WWF Indonesia Timur, ditambahkan ke grup oleh Hidayat Doe.
Selanjutnya, kriteria peserta sharing kita bagaimana? Hidayat bertanya. Menurut saya, anggotanya bebas saja, mereka yang mau sharing dan diskusi untuk mengisi waktu ketimbang duduk-duduk santai tidak produktif. Kita coba isi waktu dengan lebih produktif. Hidayat ingin ada syarat peserta misalnya "memiliki minat dan keinginan jadi penulis." Kata saya, "Kalau saya, bebas aja. Produktif di rumah bisa diterjemahkan dalam arti seluas-luasnya. Produktif dalam menulis, membaca, berinteraksi dengan keluarga (anak-istri) dan orang tua, bekerja, dll."
Menjadi Pembicara Pertama
Awalnya kita ingin sharing tentang menulis tapi saya pikir yang paling mendesak saat itu adalah berbagi pendapat tentang covid-19 dari sudut keilmuan saya sebagai antropolog. Minggu-minggu itu saya juga membawakan materi "Antropologi Virus" di Forum Dosen Indonesia. Jadi saya rasa topik itu lebih urgen. Maka Hidayat Doe membuat pamflet awal di Canva. Kurang bagus. Akhirnya Ismawan Amir merekomendasikan Muflihuddin Idris gabung dan bantu buat pamflet. Akhirnya, sejak itu pamflet RPI dibuat oleh Muflih, berikut dengan logo RPI yang masih dipakai sekarang. Kegiatan kita adakan di Whatsapp hingga beberapa materi lainnya yang dibawakan oleh Ishaq Rahman (Humas Unhas), Al Chaidar (live WA dari Belanda), Sukri Tamma (Pengamat Politik), dan Tasrifin Tahara (Antropolog). Sharing Andi Batara Al Isra tentang covid-19 di Selandia Baru diadakan via Instagram.
Peserta tergabung dalam satu grup Whatsapp. Sampai sekarang masih ada grup itu. Setidaknya, ada tiga grup yang ada di masa-masa itu, yaitu grup utama RPI (sekarang "RPI Official") kemudian 2 WAG untuk diskusi (kini bernama "RPI Official 1 dan 2"). Ketika belakangan kita membentuk struktur DPP dan DPW RPI, banyak yang diambil dari para peserta tersebut.
Selanjutnya, diskusi RPI berjalan di platform Google Meet yang dibantu oleh Ustad A'mal Hasan. Satu bulan penuh kita adakan diskusi bekerjasama dengan Alumni 22 Ponpes Darunnajah. Semuanya terekam dan diupload di Youtube RPI Channel. Diskusi menggunakan zoom ada juga yang bersifat streaming ke Youtube, selain yang direkam dan diupload secara manual ke situ. Hingga kini, diskusi RPI terus berjalan dengan peserta yang beragam. Makin banyak juga yang berminat gabung di RPI. Ini patut kita syukuri bersama bahwa di tengah krisis pandemi ini kita masih bisa bertahan untuk berkumpul, bercerita, dan berbagi dalam rangka menguatkan sesama anak bangsa akan tetapi bertahan di masa yang tidak mudah ini.
Pembuatan Struktur
Awalnya, saya memperkenalkan diri sebagai founder RPI. Beberapa lembaga yang mengundang saya juga tertulis label tersebut. Selanjutnya, kita sepakati ada founder dan co-founder, yaitu: Founder (Yanuardi Syukur) dan Co-Founder (Hidayat Doe, Ismawan Amir, dan Muflihuddin Idris). Dalam perjalanan kemudian istilah itu tidak lagi kita gunakan seiring dengan masuknya banyak orang. Namun, dalam sejarahnya tetap kita cantumkan sebagai bagian dari perjalanan komunitas yang berdiri di masa pandemi. Saya kemudian berfokus pada pembentukan struktur baru, yaitu sekolah dan divisi. Sekolah kegiatannya bercorak akademik sedangkan divisi bercorak praktis. Dalam perjalanannya, keduanya tidak bisa dibedah sepenuhnya. Maka, saya kemudian melebur keduanya menjadi satu saja: divisi.
Saat ini seiring dengan pendaftaran RPI ke notaris kita kemudian membuat struktur yang cukup banyak di DPP yang disusul dengan DPW dalam dan DPW istimewa luar negeri. Ini merupakan ikhtiar agar kolaborasi anak bangsa bisa berjalan lebih luas. Kita tidak bisa lagi hanya bermain sendirian, harus bermitra dengan kolega yang ada. Satu persatu orang bergabung, bahkan saling merekomendasikan. Mereka yang jadi pengurus pun kita seleksi betul agar grup pengurus betul-betul mereka yang bergabung karena kesadaran untuk bersinergi (tidak ada paksaan) dan keinginan kuat untuk belajar dan mengembangkan diri pada bidang yang diminatinya. Prinsipnya, semua yang diminati anak bangsa kita bisa akomodasi (harapannya seperti itu) agar bisa produktif.
Menuju Perkumpulan
Sebagaimana niat awal saya ketika mendirikan RPI untuk sebagai bentuk komunitas yang diwakafkan untuk kepentingan bangsa, maka bentuk organisasi yang paling bagus adalah perkumpulan, bukan yayasan. Yayasan cenderung dimiliki oleh orang tertentu, sementara perkumpulan jadi milik bersama. Semua pengurus diberi kesempatan untuk berkontribusi di RPI sejauh yang dapat mereka lakukan dengan kesadaran, tanpa paksaan.
AD/ART kemudian disusun oleh Hidayat Doe draft-nya, dan dibahas dalam tim kecil. Divisi yang belum ada anggota kemudian dilengkapi, juga struktur wilayah. Semua diharapkan bisa tuntas, dan dapat dideklarasikan pada 17 Agustus 2020 sebagai momentum hari kemerdekaan Indonesia. Tanda bahwa RPI didedikasikan untuk bangsa, untuk sebanyak-banyak kepentingan bangsa Indonesia. Orang-orang yang bergabung di RPI saya lihat cerdas, pintar, dan siap berkolaborasi. Selain itu mereka juga punya hati yang tulus-ikhlas untuk bersinergi. Itu yang menjadi kesyukuran kita atas jalannya lembaga ini.
Per 29 Desembr 2020, saya terus mempermantap struktur DPP yang terdiri dari dewan penasihat, dewan pembina, dan pengurus DPP. Dewan penasihat akan diisi oleh tokoh bangsa, sementara dewan pakar oleh para pakar di bidangnya. Setidaknya, yang telah direncanakan untuk sebagai dewan pakar adalah: Bidang Pertahanan Keamanan, Kolonel (Marinir) Werijon; Bidang Diplomasi & Komunikasi Publik, Ishaq Rahman; Bidang Pendidikan, A.M. Iqbal Parewangi (to be confirmed), dan Bidang Konseling, Dr. Rahmiwati Marsinun.
Sedangkan badan pengurus harian DPP adalah sebagai berikut (keterangan: struktur ini perlu direvisi dengan beberapa perkembangan selanjutnya):
Ketua DPP Departemen Kebangsaan: Hidayat Doe (Maros)
Ketua DPP Departemen Kecakapan Hidup: Kurniadi Sudrajat (Depok)
Ketua DPP Departemen Humas dan Bisnis: Arisandi Hidayatullah (Satui, Kalsel)
Ketua DPP Departemen Penguatan Karakter: Nurjanni Astiyanti (Bandung)
Ketua DPP Departemen Dalam Negeri: Fahruddin Achmad (Makassar)
Ketua DPP Departemen Luar Negeri: Aswar (Mesir)
Sekretaris Jenderal : Eka Purnamawanti (Makassar)
Wasekjen Bidang Kebangsaan: Rizki Ayu Amaliah (Kolaka)
Wasekjen Bidang Kecakapan Hidup: Widya Rizky Pratiwi (Makassar)
Wasekjen Bidang Humas dan Bisnis: Siti Rahma Bakri (Makassar)
Wasekjen Bidang Penguatan Karakter: Rutriana Meilisa (Subang)
Wasekjen Bidang Jaringan Dalam Negeri: Artati Haris (Jakarta)
Wasekjen Bidang Jaringan Luar Negeri: Khaerunnisa (Jepang)
Bendahara : Coriza Irhamna (Depok)
DEPARTEMEN KEBANGSAAN
Divisi Pembinaan Ideologi Pancasila
Direktur: Inggar Saputra (Jakarta)
Wakil Direktur: Sohri Ramadhan Alfikri (Bogor)
Sekretaris: M. Ramli (Jakarta)
Manajer Islam & Pancasila: Feri Firmansyah (Surakarta)
Manajer Budaya Pancasila: Hasin Abdullah (Madura), Varantika (Jakarta)
Divisi Politik & Pemerintahan
Direktur: Adrinal Tanjung (Bandung)
Wakil Direktur: Muliansyah A. Ways (Jakarta)
Sekretaris: M. Ibrahim Hamdani (Jakarta)
Manajer Kajian Politik: Ajrul Muksin (Jakarta)
Manajer Kajian Pemerintahan: Fauzan Faesal (Jakarta)
Divisi Lingkungan & Perubahan Iklim
Direktur: Dimas Agung Trisliatanto (Surabaya)
Wakil Direktur: Ramdha Mawadha (Makassar)
Sekretaris: Arif Rahman Nurdianto (Sidoarjo)
Anggota: Fery Setiawan (Surabaya), Azhar Riyadi (Jogja), Eko Budi Santoso (Surabaya), Muin Fadlan (Ternate), Ana Fikriyah Novitasari (Sidoarjo)
Divisi Pengembangan Potensi Maritim
Direktur: Muhammad Ali Ulath (Sorong, Papua Barat)
Wakil Direktur: Sukran Ichsan (Jakarta)
Sekretaris: Atrasina Adlina (Bogor)
Manajer Masyarakat Maritim : Asrul Lamunu (Ternate)
Manajer Jalur Rempah: Muh Asri (Bogor)
Divisi Pertahanan & Keamanan
Direktur: Kuncoro (Solo)
Wakil Direktur: Kukuh Pambudi (Malang)
Sekretaris: Zulham (Jakarta)
Anggota: Abi (Jakarta)
Divisi Moderasi Beragama
Direktur: Muhammad Asriady (Gowa, Sulsel)
Wakil Direktur: Andi Hadi Indra Jaya (Takalar, Sulsel)
Sekretaris: Ainur Alam Budi Utomo (Karawang)
Anggota: Ikhwan Al Amin (Bogor), Adnan Arafani (Padang)
Divisi Hukum & Advokasi
Direktur: M. Nur Latuconsina (Jakarta)
Wakil Direktur: Septi Putri Permatasari (Jakarta)
Sekretaris: Aisyah Nano (Buyat, Sulawesi Utara)
Anggota: Rizka (Makassar), Ayunda Ulima Islamey (Malang), Andi Tenri Dala (Jakarta), Andre Khaerul Andrian (Jakarta)
Divisi Talenta Global
Direktur: Edrida Pulungan (Jakarta)
Wakil Direktur: M. Aziz Nawawi (Jakarta)
Sekretaris: Surotul Ilmiyah (Changsa, China)
Manajer Beasiswa: Aula Andika Fikrullah Al Balad (Aceh), Agung Prasetyo Wibowo (Pekanbaru)
Manajer Profesionalisme: Jasmal Martora (Morotai, Maluku Utara)
Manajer Kepemimpinan M. Zahrul Anam (Jawa Timur)
Divisi Chinese School
Direktur: Irwansyah (Maros, Sulsel)
Wakil Direktur: Ardi (Makassar)
Sekretaris: Andi Arifuddin Alam (Nanjing, China)
Anggota: Irianty David (Makassar), Shofia Ulfa (Makassar), Batari Oja Andini (Tiongkok)
Divisi English School
Direktur: Rahmad Hasibuan (Medan)
Wakil Direktur: Kaidah Yunia (Kediri)
Sekretaris: Tri Utari (Jogja)
Manajer: Musdalifah Mansur (Makassar), Tutus Indah Aryuni (Surabaya)
Divisi Arabic School
Direktur: Muta'addibah Ashri (Jakarta)
Wakil Direktur: Khalil Nurul Iman (Makassar)
Sekretaris: Umar Juma Sau (Ternate, Maluku Utara)
Anggota: Liliana Putri (Maros, Sulsel), Dede Permana (Bogor), Erwin Febriadi Hamzah (Saudi Arabia)
Divisi Korean School
Direktur: Fara V. Syahrini (Depok)
Wakil Direktur: Risa Nuraini (Jakarta)
Sekretaris: Fanesa Tri Agus Tina (Depok)
Manajer Kreatif: Fisra Afriyanti (Solok, Sumbar)
Manajer Program Sosial: Mustabsyirah (Pangkep, Sulsel)
Manajer Program Bisnis: Sri Ayu Nofrianti (Pangkep, Sulsel)
Divisi Riset & Kepenulisan
Direktur: Rochmad Widodo (Jakarta)
Wakil Direktur: Arifuddin Balla (Makassar)
Sekretaris: Nia Hanie (Depok)
Manajer Opini : Sultan Sulaiman (Mamuju), Sitti Maryam (Makassar)
Manajer Cerpen: Mulyana Surya Ningsih (Makassar), Arlen Ara Guci (Riau)
Manajer Karya Ilmiah: Naufal Kurniawan (Yogyakarta), Muliana Mursalim (Makassar)
Manajer Penelitian Kualitatif : Hamli Syaifullah (Jakarta)
Manajer Biografi: Lina M. Komarudin (Jakarta)
Divisi Public Speaking
Direktur: Akhmad Saoqillah (Bogor)
Wakil Direktur: Damae Wardani (Surabaya, Jatim)
Sekretaris: Enang Yusuf (Ternate)
Anggota: Isrokh Fuaidi (Pati, Jateng)
DEPARTEMEN HUMAS DAN BISNIS
Divisi Humas
Direktur: Yusmira Yunus (Makassar)
Wakil Direktur: Yusuf Sangdes (Makassar)
Manajer Instagram: Rosmawati (Makassar)
Manajer Desain: Muflihuddin Idris (Maros), Asnawi Mashud (Tobelo), M. Septian Wijaya (Jakarta)
Manajer FB: Munadil Haq (Makassar)
Manajer Twitter:
Manajer Youtube: Moh Apriawan (Jakarta), Firmanto (Bekasi)
Manajer Video Kreatif: Radiyat Mahlupi (Kalsel)
Redaksi Website RPI.OR.ID
Pemimpin Umum: Yanuardi Syukur
Pemimpin Redaksi: Hidayat Doe
Wakil Pemimpin Redaksi: Arisandi Hidayatullah
Manager IT: Ade Indra Saputra
Sekretaris Redaksi: Eka Purwanti
Editor Berita: Muhammad Ramli, Agung Wahyudi T
Editor Kolom: Suyono Sahmil, M Apriawan
Editor Cerpen: Arlen Ara Guci
Editor Puisi: Edrida Pulungan
Desainer: Kurniadi Sudrajat, Asnawi Mashud
Marketing/Iklan: Coriza Irhamna
Jurnal Produktif (Sosial-Humaniora)
Editor in Chief: Ismail Suardi Wekke (STAIN Sorong)
Editorial Board: Mhd Alfahjri Sukri (IAIN Batusangkar, Sumbar), Meisil B. Wulur (UIN Alauddin, Makassar), Hamli Syaifullah (Universitas Muhammadiyah Jakarta), Sumarto (IAIN Curup, Bengkulu), Zainal Fadri (IAIN Batusangkar, Sumbar)
Reviewer :
Divisi Kolaborasi Anak Muda & Influencer
Direktur: Wildanshah (Jakarta)
Wakil Direktur: Iqbal Suliansyah (Aceh)
Sekretaris: Rinaldi Nur Ibrahim (Jakarta)
Anggota: Dini Aulia Rizky (Tangerang, Banten), Muharam Yamlean (Ambon, Maluku), Fuad Albar (Halmahera Timur), Itsnaini (Jogja)
Divisi Entrepreneurship
Direktur: Ismawan Amir (Makassar)
Wakil Direktur: Nurjannah (Jakarta)
Sekretaris: Faradillah Achmad (Jakarta)
Manajer Pengembangan Bisnis: Wahyu Awaluddin (Depok), Sharli Maidelina (Aceh), Jumahir (Maros, Sulsel)
Manajer Usaha Kreatif: Dokter Zainal Abidin (Depok), Ahmad Zulfiqar (Makassar), Akhmad Dani (Jakarta), Qanita Putri Maharani (Depok), Muhammad Rafsanjani (Maros, Sulsel)
Manajer Koperasi: Alim Bachri (Jakarta), Dini Yuliana Solin (Jakarta)
Divisi RPI Press
Direktur: Sumarto (Curup, Bengkulu)
Wakil Direktur: Emmi Kholilah Harahap (Curup, Bengkulu)
Sekretaris: Yudha Pranata (Bengkulu)
Anggota: Dery Prastatian (Curup, Bengkulu)
Divisi RPI Charity
Direktur: Aza El Munadiyan (Jakarta)
Sekretaris: Hassan Afiff (Jakarta)
Anggota: Nur Ali Akbar (Maros)
DEPARTEMEN PENGUATAN KARAKTER
Divisi Kesehatan Masyarakat
Direktur: Nuning Lestin (Jakarta)
Wakil Direktur: Drg. Lutfiah Sahabuddin (Palu, Sulteng)
Sekretaris: Rif'atul Amini (Samarinda)
Anggota: Dokter Mohammad Iskandar (Jakarta), RR. Tri Rizalina (Jakarta), Ina Rahayu Ginting (Jakarta), Dokter Nasruddin (Tangerang), Dokter Fripamaya Muniah (Bangka Belitung), Dokter Zia Nurul Zahbia (Makassar), Muhammad Sadli (Makassar), Bidan Kharisma Nurul (Depok)
Divisi Keguruan & Pendidikan
Direktur: Jumadi (Makassar)
Wakil Direktur: Dewi Satria Elmiana (Lombok, NTB)
Sekretaris: Samsinar Syarifuddin (Bone, Sulsel)
Anggota: Sarmilah (Gowa, Sulsel), Umar (Bima, NTB), Alfin Mustikawan (Malang), M. Ikbal Salam (Pare-Pare, Sulsel), Dirhamsah (Makassar), Mutaharah (Bantaeng)
Divisi Partnership Pendidikan
Direktur: Arif Supam Wijaya (Jakarta)
Wakil Direktur: Wahyu Lestari (Jakarta)
Sekretaris: Muhammad Husni (Kairo, Mesir)
Anggota: Raiz Abidin (Makassar), Abdul Malik (Jakarta)
Divisi Pengembangan Literasi
Direktur: Nur Indrawati Pary (Depok)
Wakil Direktur: Syafri Arifuddin Masser (Mamuju)
Sekretaris: Muh. Arba’in Mahmud (Ternate)
Manajer Literasi Baca-Tulis : Jumal Ahmad (Jakarta)
Manajer Literasi Finansial : Adhifatra Agussalim (Lhokseumawe)
Manajer Literasi Budaya : Jaja Suhana (Ciputat, Jawa Barat)
Manajer Literasi Sains : Efri Deplin (Bengkulu)
Manajer Literasi Numerik : Indah Prihati (Cilacap)
Manajer Literasi Masyarakat : Siti Maria Ulfah (Sumedang)
Manajer Literasi KAT : Pius Batlyare (Tanimbar, Maluku)
Manajer Literasi Keagamaan : Royhan Firdausy (Situbondo)
Manajer Literasi Jurnalistik : Cecep Taufik (Majalengka)
Manajer Literasi Akademik : Rahmawati Latief (Makassar)
Divisi Parenting School
Direktur: S. Laras Wulan (Balikpapan)
Wakil Direktur: Arma Zaida (Makassar)
Sekretaris: Ayu Pertiwi (Depok)
Manajer Pra-Nikah: Ainun Jauzah (Bau-Bau)
Manajer Keluarga: Dhiah Ashri (Depok)
Manajer Keayahan: Bahtiar HS (Surabaya)
Manajer Pemberdayaan: Izza Annafisatud Daniah (Depok), Alfina Asmi (Karawang), Irawati Salim (Ternate), Ratih Arrum Listiyandini (Sydney)
Divisi Bimbingan & Konseling
Direktur: Meisil B. Wulur (Makassar)
Wakil Direktur: Dandi Birdy (Bandung)
Sekretaris: Rosdiana Syamsuddin (Makassar)
Bendahara: Dwi Dasalinda (Jakarta)
Manajer Keluarga dan Pendidikan: Sri Susanti Tjahjadini (Malang)
Manajer Anak dan Remaja: Nurlaela (Makassar)
Manajer Kesehatan Mental dan Terapi: Diah Mahmudah (Bandung)
Manajer Bimbingan SMART Digital & Konsultasi: A’mal Hasan (Maros)
Manajer Pengembangan Diri dan Motivasi: Hariyanto (Makassar)
Manajer Hukum dan Syariah Islam: Abdul Muher (Ambon)
Manajer Pelayanan Informasi Publik: Aswar Muin (Makassar)
Manajer Layanan Kontributor Jurnalistik: Agung Wahyudi (Makassar)
Manajer Layanan Kreativitas Video & Desain Grafis: Arif Mappa (Kendari)
Divisi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
Direktur: Firman Tempola (Ternate)
Wakil Direktur: Muhammad Fhadli (Ternate)
Sekretaris: Anas (Makassar)
Anggota: Azim Hisyam Baksir (Ternate), Primita Rahmani Fernita Simabur (Ternate)
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
1. Gorontalo: Faisal Pakaya (Bone Bolango)
2. Papua: Misbah Mubarak (Kaimana, Papua Barat)
3. Sumatera Barat: Maghdalena (Padang)
4. Sulawesi Barat: Abdullah Sartono (Pasangkayu)
5. NTT: M. Zaeni Boli (Larantuka)
6. Jawa Barat: Yakin Mashuri (Cimahi)
7. Maluku: Candra Henaulu (Ambon); Sekretaris: Vilia Namkatu (Ambon)
8. Jawa Timur: Iin Nurzulaili (Lamongan)
9. Maluku Utara: Hamdy M. Zen (Ternate)
10. Kalimantan Barat: Aspari Ismail (Pontianak)
11. Aceh: Lenni Lestari (Langsa)
12. NTB: Joni Firmansyah (Lombok)
13. Sulawesi Selatan: Harianto Albarr (Makassar); Askarim (Bantaeng); Fatmawati Umboh (Bulukumba)
14. Sumatera Utara: T. Widya Naralia (Medan)
15. Riau: Fahmi Salsabila (Pekanbaru, Riau)
16. Lampung: Desma Hariyanti (Lampung)
17. Jambi: Amanda Dea Lestari (Jambi)
18. Bangka Belitung: Sabarudin (Kepulauan Babel)
19. Banten: Najwa Fadia (Serang)
20. Jawa Tengah: Agus Sugiharto (Solo)
21. Kalimantan Tengah: Ruspita M. Hambrin (Lamandau)
22. Kalimantan Utara: Muhammad Ramli (Tarakan)
23. Kalimantan Timur: Abdul Salam (Samarinda); Wadir M. Huldi Amal (Tenggarong)
24. Sulawesi Tenggara: Ahmad Zainul Abidin (Kendari)
25. Sulawesi Tengah: Abduh (Luwuk)
26. Sulawesi Utara: Jefry Makalegi (Manado)
27. Papua Barat: Muhaiminah Akib (Sorong)
28. Bengkulu: Burhandari (Mukomuko)
29. DKI Jakarta: Amelia Basarda (Jakarta)
30. Kalimantan Selatan: M. Ihsanul Arief (Banjarmasin)
31. Kepulauan Riau: M. Furqon Alkalam (Batam)
32. DIY: Naufal Kurniawan (Jogja)
33. Bali: Alam Prabowo (Jimbaran)
34. Sumatera Selatan: Beben T (Muaraenim)
DEPARTEMEN LUAR NEGERI
1. Libya: Rian Saputra (Tripoli)
2. Turki: Khairul Haq (Turki); Wadir: Amjad Safwan
3. Mesir: Fathu Khairiddin Gala (Kairo), Wadir: Rahma Nadya, Sekretaris: Liefta Afrilia Putri
4. Amerika: Nur Baya (Washington, D.C.)
5. Jerman: Chyntia Utami (Halle, Saale)
6. Selandia Baru: Andi Batara Al Isra (Auckland)
7. Sudan: April Setiawan (Sudan)
8. Australia: Siti Rohmanatin Fitriani
9. Jepang: Hartati Arafah (Nagoya)
10. Lebanon: Ahmad Syarif Galib (Tripoli)
11. Malaysia: Prosmala (Kuala Lumpur)
12. Afrika Selatan: Inoki Nurza (Capetown)
Struktur ini akan terus dipermantap sampai final. Kita berharap semoga berjalan dengan lancar dan kolaborasi anak bangsa ini bernilai manfaat untuk bangsa Indonesia dan kemanusiaan secara umum.
Rumah Produktif Indonesia (RPI) berdiri dari keprihatinan atas masuknya pandemi Covid-19 yang membuat banyak orang tidak produktif di rumahnya. Menyadari bahwa manusia bisa produktif dalam kondisi apapun, maka RPI kemudian didirikan lewat sebuah grup WAG, yang kemudian berkembang lewat diskusi ke diskusi hingga berbentuk komunitas kecil dan jadi perkumpulan dengan perwakilan di 34 provinsi dan 12 luar negeri di bulan ke-9 kehadirannya di Indonesia.
Kehadiran RPI adalah bagian dari keniscayaan sebab Indonesia, bahkan dunia, sedang berada dalam kekhawatiran akibat virus corona yang membuat banyak orang tidak produktif. Upaya untuk melahirkan terobosan diperlukan untuk itu, termasuk membuat program dan perkumpulan berbasis pada jejaring online untuk saling belajar, saling berbagi, dan saling menguatkan di masa yang tidak mudah ini. Di masa seperti ini, kita butuh saling melihat dan memperhatikan agar tetap kuat, eksis, namun tetap produktif menghasilkan karya dalam arti seluas-luasnya.
Pada bulan ke-9 kehadirannya, Desember 2020, RPI telah aktif menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga. Fleksibilitas dalam kemitraan sangat terasa di masa pandemi ini. Orang mau berkolaborasi dengan cepat. Tidak perlu memikirkan yang berat-berat. Asal kegiatan jelas, manfaat, langsung bisa diekskusi. Lagipula kegiatannya juga bisa dilakukan secara online. Hal ini jadi memudahkan sekali komunitas untuk beradaptasi dan bersinergi.
RPI sendiri telah terdaftar secara legal pada bulan ke-6, lewat notaris di kota Depok. Biaya pendaftarannya ditanggung bersama, patungan. Luar biasa. Saya melihat semangat kolaborasi yang sangat ikhlas dan kuat dari anggota RPI lewat berbagai kegiatan, termasuk dalam fundrasing. Semangat itu terus kita jaga, rawat, dan kembangkan agar komunitas ini berkontribusi bagi bangsa Indonesia secara luas.
Pada bulan ke-9 ini, saya ingin menyampaikan penghormatan yang tinggi kepada seluruh teman yang sudi bergabung dan aktif dalam RPI. Mereka yang ada dalam grup WAG maupun tidak sesungguhnya berkontribusi luar biasa bagi tumbuh-kembangnya organisasi ini. Ada yang karena alasan HP lemot sehingga tidak bisa lama-lama dalam grup, misalnya, itu kita hargai. Para prinsipnya, di RPI kita ingin mengaplikasikan motto: belajar, berkawan, dan bergembira. Itu bisa dilakukan dalam grup maupun tidak, online maupun offline.
Kini, menjelang 2021, RPI harus terus maju. Kita harus terus permantap struktur di DPP dan DPW, bahkan di beberapa daerah telah ada DPD-nya. Ini semata untuk kemudahan gerak, karena orang cenderung lebih mudah berhimpun, bertemu dengan mereka yang terdekat. Memang, dunia online membuat kita dekat tapi pada akhirnya dunia offline juga sangat dibutuhkan. Maka, kedekatan geografis juga patut untuk diperhatikan. Itulah yang menjadi alasan kita bentuk DPW dan DPD, semata untuk kemudahan gerak dan berhimpun.
Selamat akhir tahun untuk semua rekan RPI. Selamat memasuki tahun baru. Sehat dan selamat untuk kita semua. *
12. Afrika Selatan: Inoki Nurza (Capetown)
Struktur ini akan terus dipermantap sampai final. Kita berharap semoga berjalan dengan lancar dan kolaborasi anak bangsa ini bernilai manfaat untuk bangsa Indonesia dan kemanusiaan secara umum.
Refleksi 9 Bulan Kehadiran RPI di Indonesia
Rumah Produktif Indonesia (RPI) berdiri dari keprihatinan atas masuknya pandemi Covid-19 yang membuat banyak orang tidak produktif di rumahnya. Menyadari bahwa manusia bisa produktif dalam kondisi apapun, maka RPI kemudian didirikan lewat sebuah grup WAG, yang kemudian berkembang lewat diskusi ke diskusi hingga berbentuk komunitas kecil dan jadi perkumpulan dengan perwakilan di 34 provinsi dan 12 luar negeri di bulan ke-9 kehadirannya di Indonesia.
Kehadiran RPI adalah bagian dari keniscayaan sebab Indonesia, bahkan dunia, sedang berada dalam kekhawatiran akibat virus corona yang membuat banyak orang tidak produktif. Upaya untuk melahirkan terobosan diperlukan untuk itu, termasuk membuat program dan perkumpulan berbasis pada jejaring online untuk saling belajar, saling berbagi, dan saling menguatkan di masa yang tidak mudah ini. Di masa seperti ini, kita butuh saling melihat dan memperhatikan agar tetap kuat, eksis, namun tetap produktif menghasilkan karya dalam arti seluas-luasnya.
Pada bulan ke-9 kehadirannya, Desember 2020, RPI telah aktif menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga. Fleksibilitas dalam kemitraan sangat terasa di masa pandemi ini. Orang mau berkolaborasi dengan cepat. Tidak perlu memikirkan yang berat-berat. Asal kegiatan jelas, manfaat, langsung bisa diekskusi. Lagipula kegiatannya juga bisa dilakukan secara online. Hal ini jadi memudahkan sekali komunitas untuk beradaptasi dan bersinergi.
RPI sendiri telah terdaftar secara legal pada bulan ke-6, lewat notaris di kota Depok. Biaya pendaftarannya ditanggung bersama, patungan. Luar biasa. Saya melihat semangat kolaborasi yang sangat ikhlas dan kuat dari anggota RPI lewat berbagai kegiatan, termasuk dalam fundrasing. Semangat itu terus kita jaga, rawat, dan kembangkan agar komunitas ini berkontribusi bagi bangsa Indonesia secara luas.
Pada bulan ke-9 ini, saya ingin menyampaikan penghormatan yang tinggi kepada seluruh teman yang sudi bergabung dan aktif dalam RPI. Mereka yang ada dalam grup WAG maupun tidak sesungguhnya berkontribusi luar biasa bagi tumbuh-kembangnya organisasi ini. Ada yang karena alasan HP lemot sehingga tidak bisa lama-lama dalam grup, misalnya, itu kita hargai. Para prinsipnya, di RPI kita ingin mengaplikasikan motto: belajar, berkawan, dan bergembira. Itu bisa dilakukan dalam grup maupun tidak, online maupun offline.
Kini, menjelang 2021, RPI harus terus maju. Kita harus terus permantap struktur di DPP dan DPW, bahkan di beberapa daerah telah ada DPD-nya. Ini semata untuk kemudahan gerak, karena orang cenderung lebih mudah berhimpun, bertemu dengan mereka yang terdekat. Memang, dunia online membuat kita dekat tapi pada akhirnya dunia offline juga sangat dibutuhkan. Maka, kedekatan geografis juga patut untuk diperhatikan. Itulah yang menjadi alasan kita bentuk DPW dan DPD, semata untuk kemudahan gerak dan berhimpun.
Selamat akhir tahun untuk semua rekan RPI. Selamat memasuki tahun baru. Sehat dan selamat untuk kita semua. *
mantaaap, semanagt selalu membangun Indonesia
ReplyDelete