Menutup tahun 2020 dan memasuki tahun 2021 menyisakan banyak cerita sedih dan senang. Sedih karena pandemi belum juga selesai, dan senang karena kita dapat info bahwa vaksin akan beredar di tahun 2021.
Setiap tahun kita selalu dihadapi oleh dua macam perasaan itu. Perasaan sedih kadang muncul saat kita mengingat orang-orang yang kita kenal telah mendahului kita. Para dokter yang menjadi garda terdepan melawan covid-19 misalnya, banyak yang berguguran. Kita berempati kepada mereka, dan berharap semoga perjuangan mereka mendapatkan balasan terbaik dari Sang Pencipta.
Kita juga senang karena di tengah kegelapan dunia akibat kebingungan dalam melawan pandemi, kini kita seperti mendapatkan cahaya terang bahwa vaksin yang dinanti pun sudah mulai terang bahkan sebentar lagi akan beredar. Beberapa perusahaan berlomba-lomba membuatnya, dan kita berharap vaksin itu tepat untuk pandemi di negeri kita.
Sebagian orang merasa pesimis tentang kondisi dunia. Di tengah pandemi mereka melihat berbagai petaka, dan mereka seakan-akan ingin mengatakan "tidak ada lagi cahaya untuk kegelapan". Mereka seakan-akan sudah berada dalam sebuah sumur yang dalam, gelap, dan tak ada lagi penolong. Dunia seakan mau kiamat. Pesimisme menggelayuti pikiran dan jiwa mereka.
Sebagian yang lain merasa optimis bahwa di balik semua ujian pasti ada hikmah di dalamnya. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan kadarnya, termasuk virus itu. Dia ada kemampuan dan kekurangan sekaligus. Seperti juga penyakit lainnya, virus itu ada penangkalnya, dan manusia dapat menangkalnya lewat ilmu pengetahuan dan teknologi. Vaksin adalah pertanda optimisme bahwa kita bisa melewati hari-hari yang tidak mudah ini.
Para pelajar yang belajar di rumah sudah mulai mengeluh. Mereka bosan tinggal di rumah. Mau keluar? Juga dilarang, karena banyak tempat dibatasi. Awalnya memang begitu. Tapi kini sudah mulai ada relaksasi, tapi tetap terbatas juga. Mereka kemudian harus berdamai dengan dirinya, bahwa belajar di rumah itu kewajiban, dan semua harus beradaptasi baik itu siswa dan gurunya.
Para pekerja yang harus keluar juga dihinggapi rasa was-was. Mereka sebenarnya tidak ingin keluar tapi bagaimana? Mereka harus mencari nafkah, agar dapur tetap ngebul. Tabungan sudah mulai habis, bahkan beberapa sudah kosong. Mereka harus keluar. Di tengah was-was itu mereka melewati hari-harinya agar bisa bertahan di tengah zaman yang tidak mudah ini.
Secara umum semua orang sedang sulit. Mulai dari pribadi hingga negara. Semuanya merasakan kesulitan. Tapi kita selalu diajarkan nilai mulia, "sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan." Maka, tak ada jalan untuk pesimis. Kita harus optimis bahwa semua ini akan berakhir, pandemi akan selesai, dan kita akan dapat melewatinya dengan sebaik mungkin.
Selamat datang 2021, tahun optimisme.
Yanuardi Syukur, Presiden Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia.
No comments:
Post a Comment