Tuesday, May 25, 2021

Berpikir 50 Tahun

Orang-orang yang berpikir panjang acapkali ditertawakan pada awalnya tapi kemudian disanjung pada akhirnya. Quote ini menjelaskan bagaimana evolusi pikiran manusia--yang sangat mungkin berubah seiring pergantian generasi dan pertambahan pengetahuan.

"Waktu akan mengubah segalanya," kata orang begitu. Ada rasa tidak kuasa atas kehendak waktu yg bisa menerabas, menaikkan, bahkan menjatuhkan segalanya.
Peradaban besar pun begitu: berdiri, bangkit, berjaya, dan jatuh. Orang besar pun begitu: masyhur, dipuja, dan jatuh. Maka, perjalanan segala yang bernama makhluk fana itu kayak gunung: mula-mula kita menanjak, kemudian tiba di puncak, dan setelah itu turunan.
Para cendekia sebagian dicerca oleh zaman--tepatnya: oleh kuasa. Dianggap aneh, gila, bahkan harus meregang nyawa di altar kekuasaan. Tapi, waktu--seperti yang kita bilang tadi--itu bisa mengubah segalanya, karena bergantinya generasi atau bertambahnya pengetahuan baru yg bisa mengubah status quo.
Kisah pemuda kahfi yang tidur di gua 300-an tahun menjelaskan bagaimana waktu mengubah dunia. Pas bangun, dunia sudah berubah. Raja tiran telah musnah, selamat datang raja adil. Berputar-putar, kadang tiran di atas kadang adil di atas. Ada semacam pola yang dititipkan-Nya bagi dunia.
Pada usia 37 tahun, Theodor Herzl, tokoh utama gerakan zionisme yang disebut sebagai "the spiritual father of the Jewish State", sudah menulis visi 50 tahunnya sebagai berikut:
"At Basel I founded the Jewish State. If I said this out loud today, l would be greeted by universal laughter. In five years perhaps, and certainly in fifty years, everyone will perceive it." (3 September 1897)
(Di Basel saya mendirikan Negara Yahudi. Jika saya mengatakan ini dengan lantang hari ini, saya akan disambut oleh tawa secara universal. Dalam lima tahun mungkin, dan tentunya dalam lima puluh tahun, semua orang akan mengetahuinya).
Israel Ministry of Foreign Affairs, menulis: "Pada 1947, lima puluh tahun setelah kongres Basel, Organisasi Zionis dan institusi nasional yang didirikan di berbagai kongres telah berubah dan tumbuh menjadi institusi nasional negara Yahudi yang baru lahir, dan membuka jalan bagi pembentukan Israel pada 15 Mei 1948."
Pada tahun 2021, Israel tidak hanya akan merayakan 124 tahun Kongres Zionis Pertama, tapi juga menyaksikan bagaimana visi Herzl menjadi kenyataan. Seperti yang dikatakan Herzl, "If you will it, it is no dream" (Jika Anda mau, itu bukan mimpi).
Saya tidak mendukung visi Herzl dan bagaimana state itu didirikan dan di-drive dengan cara apartheid, tapi kita bisa belajar bagaimana seorang anak muda yang usianya belum 40 tahun tapi visinya sangat jauh, lintas, dan panjang.
Di Indonesia juga banyak anak muda yang bervisi panjang. Bung Karno dan Bung Hatta adalah contoh familiar bagaimana sejak mudanya mereka berjuang dan membentuk negara dengan gagasan hasil olah jiwa dan bacaan dari sekian banyak literatur dan contoh. Tulisan mereka punya ruh, dan bersama para tokoh bangsa lainnya, perjuangan mereka telah menjelma dalam visi jangka panjang kita di dalam lima sila yang memulai dari ketuhanan sampai keadilan sosial.
Berpikir panjang perlu kita budayakan, bahkan kita latih, dan ajarkan kepada generasi kita. Agar apa yang mereka tulis di media sosialnya, tidak lagi sekedar jadi pemandu sorak atau hanya "likes, comment, share plus subscribe", tapi menawarkan gagasan jangka panjang. Gagasan yang mungkin sekarang belum relevan, tapi sangat mungkin jadi opsi untuk masa depan. *
Depok, 20 Mei 2021

No comments:

Post a Comment

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...