Sunday, April 17, 2022

Kristal Pengetahuan, Produktivitas Berbagi Tulisan

Saat mengerjakan disertasi di Gedung Kristal Pengetahuan (Crystal of Knowledge) Perpustakaan UI, saya membuka email dan mendapatkan kiriman tulisan dari kawan advokat di Australia. Secara berkala, sang kawan mengirimkan analisisnya, yang terbaru terkait tuduhan bahwa PM. Scott Morrison anti-Muslim dalam statement dia terkait "kapitalisasi kekhawatiran dalam isu imigran Muslim." 

Membaca analisis tersebut, selain jadi bisa menyambungkan keputusan Majelis Umum PBB untuk menetapkan 15 Maret sebagai "Hari Internasional Melawan Islamophobia", juga membawa pikiran saya pada satu jenis produktivitas yang dibutuhkan di zaman sekarang, yakni: berbagi tulisan. 

Berbagi Tulisan

Selain rutin mendapatkan sharing tulisan dari Australia, saya juga beruntung rutin dapat tulisan dari Amerika, Spanyol dan Sri Lanka. Dari Amerika, saya dapat analisis terkait berbagai hal terkait dunia Islam dan dari Spanyol terkait aktivitas diplomatik sebagai "jembatan" bagi smart partnership antara Indonesia dan Spanyol. Dari Sri Lanka, saya rutin dapat sharing tulisan terkait interfaith-dialogue dan problematika internal, seperti yang terakhir soal krisis ekonomi terburuk sejak mereka merdeka dari Inggris pada 1948 yang berdampak pada pengunduran diri 26 menteri di bawah PM. Mahinda Rajapaksa dan Presiden Gotabaya Rajapaksa. 

Tulisan yang saya terima itu biasanya saya sempatkan baca dan renungkan. Saya berkeyakinan bahwa "sejarah itu berputar", apa yang terjadi satu kota bisa berpindah ke kota lain, bahkan apa yang terjadi pada satu peradaban bisa terjadi pula pada peradaban lainnya. Dalam kasus Sri Lanka misalnya, ketika Indonesia dilanda krisis 1998, ketika Suharto--atas desakan masyarakat--memintanya mundur, beliau kemudian membentuk Kabinet Reformasi, tapi 14 menterinya yang bergabung dalam Kabinet Pembangunan VII menolak bergabung. Apa yang terjadi di Sri Lanka sekarang (2022) dan Reformasi Indonesia (1998) tidak lepas dari "hukum alam", bahwa: krisis ekonomi berdampak signifikan pada krisis politik. 

Terkadang, saat membaca satu tulisan, pikiran saya melayang pada potongan-potongan berita/tulisan yang pernah dibaca. Bahkan, tidak hanya itu, apa yang pernah dilihat dan dirasakan juga kadang muncul saat kita membaca satu tulisan. Saat mendengar kata "krisis", saya selalu ingat ketika di tahun terakhir jadi siswa di Jakarta, sedang naik Metromini yang mendekat ke Terminal Blok M dan membaca terjadinya konflik di satu tempat di Jakarta Timur yang tak lama setelah itu, butterfly effect-nya terjadi pula rusuh di tempat lain. Ada semacam relasi antarsatu peristiwa dan peristiwa lainnya, dan "relasi kausalitas" itu kerap muncul dalam konteks personal, komunal, dan "sivilisasional."

Berbagi tulisan itu membahagiakan. Lihatlah media baru seperti Twitter dan Facebook, orang tidak bosan-bosannya berbagi tulisan. Jika Twitter karakternya terbatas dan harus terpotong-potong, maka yang senang berbagi tulisan panjang bisa via Facebook. Atau, yang senang berbagi video juga membagikannya di Tiktok dan Youtube. Khusus Tiktok, berkembang sinergi antara konten dan tubuh. Artinya, orang tidak hanya berbagi pesan, tapi juga juga menghadirkan tubuh dengan gaya yang ekspresif-menarik. 

Sejalan dengan budaya berbagi tulisan, saat ini kita betul-betul hidup di masa sharing pengetahuan yang massif. Saya rutin download buku dari salah satu website yang sangat menarik, mulai dari ensiklopedia sejarah, budaya, agama, konflik, perang, sampai pada buku how to dalam versi bahasa Inggris. Memang kadang "merasa berdosa" saat buku banyak tapi tidak dibaca. Untuk itu, saya kalau buka laptop selalu memikirkan juga--selain mengerjakan tugas wajib, disertasi--adalah membaca apa yang telah saya download. Setelah itu, saya catat poin pentingnya, saya renungkan, kemudian saya sinergi dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. 

Berbagi Kristal Pengetahuan

Apa yang kita lihat, dengar, dan baca adalah pengetahuan. Tapi, pengetahuan itu hanya akan jadi batu biasa jika tidak diolah menjadi kristal-kristal yang indah. Pengolahan kristal pengetahuan itu membutuhkan waktu, renungan, dan "jam terbang." Anak SD, tentu akan kesulitan jika diminta menulis analisis tentang, misalnya "kenapa emak-emak harus mengular dalam antrian minyak goreng." Tapi, seorang sarjana--dengan "jam terbang"--dapat menganalisis itu menggunakan pisau analisis yang dia miliki, yang walau berbeda dengan ilmuwan lain, itu tetap akan memperkaya ranah tersebut. 

Menjadikan pengetahuan biasa sebagai kristal pengetahuan membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan keberanian serta kemauan berbagi yang tinggi. Mengapa saat ini Google menjadi search engine paling diminati sejagad bumi? Adalah karena mereka berani berbagi. Kalau mereka mau menutupi pengetahuan--artinya hanya buat dia saja--maka itu tidak akan mendapatkan benefit buat mereka. Sebaliknya, ketika mereka berbagi pengetahuan, mereka mendapatkan benefit dalam produk lainnya; "rugi" di satu sisi tapi untung di sisi lainnya. 

Saat berpuasa, kita pasti banyak pengalaman, mulai dari pengalaman sahur, baca Al Qur'an, sampai pada "jam-jam ngantuk" (biasanya pagi bakda subuh atau siang bakda zuhur). Waktu nyantri dulu, biasanya dari kamar saya mendengar pengajian siang ibu-ibu yang entah suaranya tembus dari Ciledug atau Cipulir yang tembus ke pekuburan di samping ma'had dan tiba di telinga saya. Saya senang mendengarnya, apalagi terkadang momen itu diselingi dengan suara seruling yang dimainkan kawan seperjuangan. 

Pengalaman berpuasa itu sangat menarik. Ketika Coriza Irhamna, sarjana antropologi UGM berinisiatif membuat Obrolan Ramadan via Instagram @rumahproduktifindonesia, saya merasakan kebahagiaan saat bisa berbagi. Bahkan saat sedang bersama keluarga di Gandaria City Mall (Pakuwon Group), saya beruntung dapat menyempatkan hadir ngobrolin soal keutamaan makan sahur. Ringan tapi itu tidak sederhana. Artinya, pengalaman manusia serta aktivitas berbagi pengetahuan itu selalu kompleks, dan berbagi adalah cara untuk mengurai kompleksitas pengalaman manusia tersebut. 

Akhirnya, semua kita yang memiliki pengetahuan, apalagi pengetahuan yang telah direnungkan dan diabstraksikan berbentuk "kristal pengetahuan" perlu berbagi kepada sesama. Berbagi adalah tradisi panjang umat manusia mulai dari umat pertama di Benua Afrika 200 ribu tahun lalu sampai pada imigrasi kawanan umat lainnya di berbagai tempat di planet bumi. Maka, soal "imigrasi"--seperti dalam konteks awal tulisan di atas--tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Mari tingkatkan produktivitas dalam berbagi kristal pengetahuan!

Depok, 5 April 2022

Ramadhan Momentum Kolaborasi Tokoh Muda Muslim dalam Mengembangkan Pendidikan Islam

Ramadhan tidak hanya bulan mulia akan tetapi bulan momentum untuk kolaborasi dalam pendidikan Islam di Indonesia. Demikian salah satu gagasan dalam "Silaturahim & Buka Puasa Bersama" yang digelar Forum Alumni Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (FA-AIMEP) bersama Maskanul Huffadz dan Rumah Produktif Indonesia, Bintaro, Tangerang Selatan (15/4).

Dalam pengantarnya, Ketua Forum Alumni AIMEP Yanuardi Syukur menyampaikan bahwa pendidikan Islam berkembang mulai dari dakwah Rasulullah saw di kota Mekkah sampai pada pendirian berbagai institusi seperti Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko, Universitas Al Azhar di Mesir serta berbagai pesantren dan institusi pendidikan di Indonesia yang semuanya berbasis pada tauhid.  

"Universitas Qarawiyyin didirikan oleh perempuan, bernama Fatimah Al Fihri pada abad ke-9. Mulanya dari masjid. Selanjutnya berdiri Universitas Al Azhar di Mesir pada abad ke-10. Pendirian institusi pendidikan Islam tersebut lebih duluan dari Universitas Oxford pada abad ke-11, Universitas Paris abad ke-12 atau Universitas Harvard yang didirikan filantropis John Harvard pada abad ke-17 di Amerika," jelas Yanuardi yang berharap agar kaum muda aktif bersinergi dalam mencetak kader-kader unggul di tingkat lokal, nasional, dan global. 

Tuan rumah kegiatan, Pimpinan Maskanul Huffadz Dr. Oki Setiana Dewi menceritakan bagaimana ia bersama koleganya berjuang mendirikan tempat penghafal Al Qur'an enam tahun lalu. Awalnya, lembaga tersebut peserta 14 orang, kemudian terus berkembang ratusan orang, bahkan mendirikan gedung baru dan membentuk cabang di beberapa kota di Indonesia. 

"Perjuangan untuk pendidikan tidak bisa dilakukan sendirian, maka dibutuhkan kolaborasi antara kita semua," kata aktris pemeran film Ketika Cinta Bertasbih dan lulusan Doktor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut yang saat ini sedang mengusahakan agar santrinya mendapatkan beasiswa melanjutkan studi di beberapa kampus di Indonesia. 

Sementara itu, pembicara diskusi pendidikan bertajuk "Mendidik Manusia: Pengalaman Membangun, Mengelola dan Mengembangkan Lembaga Pendidikan Islam" Dr. Aan Rukmana menjelaskan proses kreatifnya dalam pembangunan Sekolah Alam Kebun Tumbuh di Depok. 

Aan terinspirasi mendirikan sekolah tersebut setelah terlibat dalam berbagai kegiatan dalam dan luar negeri, terutama setelah pulang dari Vatikan yang membuatnya terinspirasi untuk mendirikan sekolah. "Setelah berdiskusi dengan kolega, kami akhirnya berjuang mendirikan sekolah dimulai dari semangat," kata Dosen Universitas Paramadina tersebut. 

Pembicara lainnya, Dr. Anna Amalyah Agus menceritakan aktivitasnya sebagai co-founder Rumah Kepemimpinan. Menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis FE-UI tersebut, ia bersemangat dalam mendirikan institusi tersebut sebagai terpanggil untuk berbuat sesuatu dalam menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. 

Romzi Ahmad, Direktur Pendidikan Al Shigor Foundation, Cirebon bercerita bagaimana ia mendapatkan inspirasi dari ayahnya yang dipanggil "abuya" untuk berkhidmah dalam pendidikan. Romzi kemudian aktif mengelola pesantren di pelosok Kalimantan Barat yang tidak memiliki signal, serta mengelola pula pesantren di Lampung. 

"Menurut saya, saat ini kita perlu memperluas sebaran pendidikan di berbagai daerah di luar Jawa, sebab di sana banyak sekali wilayah yang membutuhkan sentuhan kita, khususnya dalam pendidikan seperti yang juga dilakukan oleh Maskanul Huffadz-nya Mbak Oki yang membentuk cabang di berbagai kota di Indonesia," kata Romzi, influencer yang juga Asisten Stafsus Presiden RI. 

Irfan L. Sarhindi, Ketua Yayasan Literasi Naratif Islami, menjelaskan bagaimana sebagai keturunan pesantren ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Inggris, sesuatu yang jarang dilakukan oleh keluarganya. Setamat meraih master dari University College London, Irfan aktif mendirikan podcastren, dan produktif melahirkan narasi-narasi positif khususnya di dunia maya. 

Irfan bahkan baru saja menyelesaikan editing buku "Faith & Pandemic" yang ditulis bersama alumni AIMEP Indonesia dan Australia yang diberi kata pengantar oleh Dubes Australia Penny Williams PSM dan didukung oleh Alumni Grant Scheme (AGS) dari Pemerintah Australia. 

Diskusi yang dipandu Sekjen Forum Alumni AIMEP Nurul Bahrul Ulum tersebut berlangsung dengan lancar dan memperkaya wawasan peserta luring dan during. Project Manager AIMEP Rowan Gould dan Brynna Rafferty-Brown, bahkan menghadiri diskusi tersebut dari Australia hingga selesai. Rowan berharap agar kemitraan antara tokoh muda Indonesia dan Australia dapat terus ditingkatkan dalam berbagai kolaborasi kegiatan.

Para pembicara bersepakat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat penting tidak hanya untuk ibadah kepada Allah, akan tetapi juga dalam mengupayakan kolaborasi produktif dalam pendidikan Islam. 


Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Pembacaan kalam suci Al Qur'an oleh Junaidi La Dalle dan doa oleh Da'i Ambassador Dompet Dhuafa Republika lulusan Universitas Al Azhar Mesir, Ustad Fery Firmansyah. 

Acara berlanjut hingga shalat tarawih dan mendengarkan ceramah dari Dai kelahiran Maros 29 tahun lalu, Ustad Syamsuddin Nur Makka, pengisi acara Islam itu Indah di TransTV. 

Setelah itu, acara berlanjut dengan brainstorming potensi kolaborasi dalam pembentukan "Counseling Center" bersama konselor Dr. Rahmiwati Marsinun, Nur Indrawati Pary, Daria Hanum, Haris, Coriza Irhamna, Mutawadhiah dari Rumah Produktif Indonesia dengan Dr. Oki Setiana Dewi, Dela Ardila Sofia dan Ayu Lestari di meeting room Maskanul Huffadz. *

Menyampaikan Kondisi Al Aqsa, Asosiasi Minbar Al Aqsa Turki Bersilaturahmi dengan Komisi HLNKI MUI


Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI menerima Dr. Samir Said dari Asosiasi Minbar Al Aqsa Turki yang menyampaikan kondisi terkini dari Masjid Al Aqsa di Kantor MUI, Jakarta (13/4). Mewakili Komisi HLNKI hadir H. Oke Setiadi, Hj. Amirah Nahrawi dan Yanuardi Syukur.

Sebelum menyampaikan kondisi Al Aqsa, Dr. Samir Said menjelaskan terkait keutamaan Masjid Al Asqa sebagai kiblat pertama umat Islam sekaligus sebagai masjid pertama yang didirikan di muka bumi. "Al Aqsa juga adalah Ardh Al Anbiya', atau tanah para Nabi seperti Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan lokasi yang sangat penting saat peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah dari Mekkah ke Al Aqsha kemudian naik ke langit," jelas Dr. Samir. 

Dr. Samir menjelaskan bahwa saat ini juga terjadi pengeboran bawah tanah yang dilakukan oleh Zionis Israel. "Saat ini juga warga Yahudi sedang mempersiapkan penyembelian kurban (domba) pada hari perayaan Yahudi yang jatuh pada tanggal 15 April dengan hadiah USD 3000 untuk masyarakat Israel yang berhasil menyembelih kurban di dalam Masjid Al Aqsa."

Dr. Samir juga menjelaskan bahwa kehadiran Minbar Al Aqsa Association yang berdomisili di Turki merupakan sebuah keuntungan bagi dunia, karena Turki satu-satunya negara yang bisa masuk ke Palestina, dan dimudahkan bagi pada peziarah masjid Al Aqsa dikarenakan Turki memiliki hubungan kerjasama dengan Israel.

"Semua aset Masjid Al Aqsa ada di tangan Kementerian Waqaf Yordania, sehingga aman untuk berinvestasi di sana, dan Pemerintah Israel tidak mengganggu aset-aset waqaf Yordania, namun dalam hal waqaf Yordania tidak sigap menangani pengeboran dan tindakan anarkis Israel," terang Dr. Samir. 

Menutup pertemuan tersebut, Dr. Samir menyampaikan bahwa Minbar Al Aqsa Assosiaton memiliki beberapa program yang dapat disinergikan dengan MUI dan patut untuk dibahas bersama. Beliau juga memintar agar MUI mempelajari program pembangunan sekolah di Al Aqsa yang akan diwaqafkan oleh masyarakat Palestina ke Kementerian Waqaf Yordania. 

Dr. Samir juga mengundang Komisi HLNKI MUI untuk mengunjungi Turki guna membahas program-program dan pencanangan sekolah serta bisa meninjau langsung lokasi sekolah di Al Aqsa bila ada kemungkinan masuk untuk itu.  

Menanggapi informasi dan ide dari Dr. Samir Said, Wakil Ketua Komisi HLNKI MUI Hj. Amirah Nahrawi mengatakan bahwa HLNKI MUI sangat sigap dan selalu memberikan bantuan nyata kepada bangsa Palestina dan akan membicarakan tawaran kerja sama tersebut. 

Amirah juga akan membicarakan undangan Minbar Al Aqsa Association untuk berkunjung ke Turki dan membicarakan berbagai kegiatan sinergis antarkedua institusi di tingkat Komisi HLNKI dan Dewan Pimpinan MUI. [Yanuardi Syukur]

Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid Mendukung Pembangunan RSIH Palestina


Panitia MUI Untuk Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Hebron (RSIH), diketuai oleh Ketua Bidang Penggalangan Dana, Hj. Amirah Nahrawi disertai beberapa anggota lainnya pada Rabu (13/4) telah diterima oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) 2021-2026 M. Arsjad Rasjid. 

Dalam pertemuan tersebut Hj. Amirah Nahrawi menyampaikan tentang latar belakang dan perkembangan upaya yang dilakukan MUI bersama lembaga-lembaga filantropi Indonesia dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dalam mewujudkan komitmen dukungan bangsa Indonesia bagi bangsa Palestina yang membutuhkan fasilitas kesehatan khususnya sebuah rumah sakit. 

"Biaya yang diperlukan sekitar Rp 87 milyar dan sejak dicanangkannya Aliansi Kemanusiaan untk Pembangunan RSIH pada bulan Juni 2021 hingga saat ini telah terkumpul dana sekitar 30%," jelas Hj. Amirah.

Mengingat Aliansi ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia maka MUI mengajak KADIN dan para anggotanya untk berdonasi mendukung Aliansi Kemanusiaan ini. "MUI juga telah menandatangani MOU Kerjasama Pembangunan RSIH ini dengan Walikota Hebron, Tayseer Abu Sneineh pada akhir Oktober 2021," lanjut Amirah Nahrawi.

Menanggapi ajakan MUI tersebut, Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid menyambut baik dan mendukung sepenuhnya pembangunan RSIH yang diinisiasi oleh MUI tersebut. 

Lebih jauh Arsjad Rasjid menyatakan bahwa pihaknya ingin melihat kerjasama kita denganPalestina dapat lebih berarti (meaningful) dan berkelanjutan (sustainable). Untuk itu pihaknya sedang mempertimbangkan bentuk kerjasama ekonomi dan perdagangan yang lebih kongkrit yang bisa kita tawarkan kepada pihak Palestina, seperti kemungkinan membangun sebuah  kawasan berikat di Hebron, Palestina. 

Kawasan berikat tersebut pada awalnya dapat sederhana seperti sebuah ‘gudang Indonesia’ dimana produk Indonesia yang diekspor ke Palestina disalurkan ke kawasan tersebut, dan selanjutnya Palestina dapat menjual produk tersebut ke pasar di sekitarnya. 

Arsjad yakin bahwa kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan Palestina akan dapat diwujudkan mengingat kegiatannya akan lebih bernuansa kesejahteraan bagi masyarakat dan lebih nyata (real) hasilnya, dimana aktivitas perdagangan di kawasan tersebut dapat langsung dirasakan oleh masyarakat Palestina. 

Adanya kawasan berikat tersebut juga akan berdampak pada meningkatnya kerjasama bilateral Indonesia dengan Palestina yang kemudian juga akan meningkatkan posisi (leverage) Indonesia dalam  membantu mencari penyelesaian damai konflik Israel-Palestina. 

Hj. Amirah Nahrawi dan para Anggota Panitia MUI untuk Pembangunan RSIH sangat menghargai sambutan hangat Ketua Umum KADIN dan khusus menyangkut pemikiran tentang pembentukan sebuah kawasan berikat di Hebron, insya Allah akan dapat dijajaki kemungkinannya dengan pihak Walikota Hebron yang selama ini sangat kooperatif. 

"Kita mengharapkan pihak Wali Kota juga akan dapat memberikan gambaran tentang lahan yang aman bagi aktivitas ekonomi dan perdagangan Indonesia - Palestina di Hebron," tutup Hj. Amirah Nahrawi. 

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Panitia MUI Untuk Pembangunan RSIH lainnya, yakni Dubes Yuli Mumpuni Widarso, H. Oke Setiadi, Yanuardi Syukur dan Muhammad Hibatur Rahman dari Kitabisa.com. [Yanuardi Syukur]

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...