Dalam pengantarnya, Ketua Forum Alumni AIMEP Yanuardi Syukur menyampaikan bahwa pendidikan Islam berkembang mulai dari dakwah Rasulullah saw di kota Mekkah sampai pada pendirian berbagai institusi seperti Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko, Universitas Al Azhar di Mesir serta berbagai pesantren dan institusi pendidikan di Indonesia yang semuanya berbasis pada tauhid.
"Universitas Qarawiyyin didirikan oleh perempuan, bernama Fatimah Al Fihri pada abad ke-9. Mulanya dari masjid. Selanjutnya berdiri Universitas Al Azhar di Mesir pada abad ke-10. Pendirian institusi pendidikan Islam tersebut lebih duluan dari Universitas Oxford pada abad ke-11, Universitas Paris abad ke-12 atau Universitas Harvard yang didirikan filantropis John Harvard pada abad ke-17 di Amerika," jelas Yanuardi yang berharap agar kaum muda aktif bersinergi dalam mencetak kader-kader unggul di tingkat lokal, nasional, dan global.Tuan rumah kegiatan, Pimpinan Maskanul Huffadz Dr. Oki Setiana Dewi menceritakan bagaimana ia bersama koleganya berjuang mendirikan tempat penghafal Al Qur'an enam tahun lalu. Awalnya, lembaga tersebut peserta 14 orang, kemudian terus berkembang ratusan orang, bahkan mendirikan gedung baru dan membentuk cabang di beberapa kota di Indonesia.
"Perjuangan untuk pendidikan tidak bisa dilakukan sendirian, maka dibutuhkan kolaborasi antara kita semua," kata aktris pemeran film Ketika Cinta Bertasbih dan lulusan Doktor dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut yang saat ini sedang mengusahakan agar santrinya mendapatkan beasiswa melanjutkan studi di beberapa kampus di Indonesia.
Sementara itu, pembicara diskusi pendidikan bertajuk "Mendidik Manusia: Pengalaman Membangun, Mengelola dan Mengembangkan Lembaga Pendidikan Islam" Dr. Aan Rukmana menjelaskan proses kreatifnya dalam pembangunan Sekolah Alam Kebun Tumbuh di Depok.
Aan terinspirasi mendirikan sekolah tersebut setelah terlibat dalam berbagai kegiatan dalam dan luar negeri, terutama setelah pulang dari Vatikan yang membuatnya terinspirasi untuk mendirikan sekolah. "Setelah berdiskusi dengan kolega, kami akhirnya berjuang mendirikan sekolah dimulai dari semangat," kata Dosen Universitas Paramadina tersebut.
Pembicara lainnya, Dr. Anna Amalyah Agus menceritakan aktivitasnya sebagai co-founder Rumah Kepemimpinan. Menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis FE-UI tersebut, ia bersemangat dalam mendirikan institusi tersebut sebagai terpanggil untuk berbuat sesuatu dalam menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Romzi Ahmad, Direktur Pendidikan Al Shigor Foundation, Cirebon bercerita bagaimana ia mendapatkan inspirasi dari ayahnya yang dipanggil "abuya" untuk berkhidmah dalam pendidikan. Romzi kemudian aktif mengelola pesantren di pelosok Kalimantan Barat yang tidak memiliki signal, serta mengelola pula pesantren di Lampung.
"Menurut saya, saat ini kita perlu memperluas sebaran pendidikan di berbagai daerah di luar Jawa, sebab di sana banyak sekali wilayah yang membutuhkan sentuhan kita, khususnya dalam pendidikan seperti yang juga dilakukan oleh Maskanul Huffadz-nya Mbak Oki yang membentuk cabang di berbagai kota di Indonesia," kata Romzi, influencer yang juga Asisten Stafsus Presiden RI.
Irfan L. Sarhindi, Ketua Yayasan Literasi Naratif Islami, menjelaskan bagaimana sebagai keturunan pesantren ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Inggris, sesuatu yang jarang dilakukan oleh keluarganya. Setamat meraih master dari University College London, Irfan aktif mendirikan podcastren, dan produktif melahirkan narasi-narasi positif khususnya di dunia maya.
Irfan bahkan baru saja menyelesaikan editing buku "Faith & Pandemic" yang ditulis bersama alumni AIMEP Indonesia dan Australia yang diberi kata pengantar oleh Dubes Australia Penny Williams PSM dan didukung oleh Alumni Grant Scheme (AGS) dari Pemerintah Australia.
Diskusi yang dipandu Sekjen Forum Alumni AIMEP Nurul Bahrul Ulum tersebut berlangsung dengan lancar dan memperkaya wawasan peserta luring dan during. Project Manager AIMEP Rowan Gould dan Brynna Rafferty-Brown, bahkan menghadiri diskusi tersebut dari Australia hingga selesai. Rowan berharap agar kemitraan antara tokoh muda Indonesia dan Australia dapat terus ditingkatkan dalam berbagai kolaborasi kegiatan.
Para pembicara bersepakat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat penting tidak hanya untuk ibadah kepada Allah, akan tetapi juga dalam mengupayakan kolaborasi produktif dalam pendidikan Islam.
Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Pembacaan kalam suci Al Qur'an oleh Junaidi La Dalle dan doa oleh Da'i Ambassador Dompet Dhuafa Republika lulusan Universitas Al Azhar Mesir, Ustad Fery Firmansyah.
Acara berlanjut hingga shalat tarawih dan mendengarkan ceramah dari Dai kelahiran Maros 29 tahun lalu, Ustad Syamsuddin Nur Makka, pengisi acara Islam itu Indah di TransTV.
Setelah itu, acara berlanjut dengan brainstorming potensi kolaborasi dalam pembentukan "Counseling Center" bersama konselor Dr. Rahmiwati Marsinun, Nur Indrawati Pary, Daria Hanum, Haris, Coriza Irhamna, Mutawadhiah dari Rumah Produktif Indonesia dengan Dr. Oki Setiana Dewi, Dela Ardila Sofia dan Ayu Lestari di meeting room Maskanul Huffadz. *
No comments:
Post a Comment