Wednesday, December 21, 2022

Proyeksi 2023

Proyeksi 2023 butuh refleksi 2022. Apa yang telah kita lakukan, kita capai, dan apa yang tidak kita capai. Kita mulainya dari masa lalu kemudian melangkah ke masa depan. 

Pada 2023 kita harus berpikir dan bertindak yang lebih efektif. Jangan terlalu banyak. Lebih bagus terbatas tapi berdampak baik dan jangkauannya luas. 

Kita perlu merancang 2023 dengan berfokus pada apa-apa yang hendak kita capai di tahun tersebut. Apa yang mau dicapai bagusnya kita tulis beberapa poin tersebut, kemudian memikirkan bagaimana caranya merealisasikan hal tersebut. 

2023 sudah dekat. Ada baiknya kita buat garis besar program di tahun tersebut. 

Tuesday, December 20, 2022

Invisible Learning, Sebuah Renungan Akhir Tahun 2022

Jelang sore tadi saya beli buku Invisible Diplomacy karangan Dubes Arif Sumantri Harapan. Bukunya dipajang di depan salah satu toko kue tak jauh dari ATM BNI dan Masjid FISIP UI. Setelah membeli segelas kopi seharga Rp. 5000, mata saya tiba-tiba melihat buku cover hitam itu, membaca sekilas blur-nya dan langsung transaksi. 

Jika inivisible diplomacy diartikan sebagai "diplomasi tak terlihat", maka invisible learning saya artikan sebagai "pembelajaran tak terlihat." Maksudnya, sebuah aktivitas pembelajaran yang tidak menunjukkan bahwa ia sedang belajar akan tetapi sejatinya ia belajar. 

Di era seperti sekarang, orang kadang senang untuk posting foto saat belajar, padahal belum tentu mereka belajar. Citra sebagai pembelajar belum tentu betul, sebab itu bisa jadi hanya berhenti pada citra. Tapi, karakter pembelajar akan terus abadi, baik terekam oleh media foto atau tidak. Saya ingin memilih yang kedua, tidak gembar-gembor sebagai pembelajar, akan tetapi setiap waktu terus belajar. 

Saat ini kita sudah hidup di akhir tahun 2022. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Saya mulai kuliah doktor pada tahun 2016, dan kini belum selesai. Beberapa kawan telah selesai, tapi beberapa lainnya tidak selesai. Orang bilang, kuliah doktor itu susah-susah gampang. Tapi, terlepas dari semua kesulitan yang ada, yakinlah dan percayalah bahwa selalu ada hikmah di balik semua itu. 

Di akhir tahun biasanya kita senang merenung. Merenung apa yang telah saya capai selama satu tahun ini? Saya kadang suka sedih manakala melihat capaian hidupku yang masih jauh dari ideal. Tapi di kali lain saya juga tersadar bahwa ketika kita memilih untuk mendapatkan sesuatu sangat mungkin kita akan kehilangan sesuatu yang lainnya. Artinya, tidak ada yang betul-betul bisa kita raih sekaligus. Sekali mendayung dua pulau terlampaui itu betul, walau tidak selalu berlaku sama untuk semua urusan. 

Umurku sekarang telah 40, tidak terasa saya mulai tua. Ketuaan itu kadang membuat kita mulai lupa. Saya juga kadang merasakan itu. Bahkan, beberapa waktu lalu saya pernah nabrak pintu kaca hotel yang mengakibatkan kacamataku patah dan pelipis sakit. Alhamdulillah, cuma itu yang rusak, dan besoknya saya bergegas dari Grand Sahid Jaya ke Blok M untuk beli frame baru. 

Saat nabrak pintu kaca yang tertutup itu, kepalaku agak pusing. Ada security di situ. Dia bantu carikan kacamataku yang patah dan jauh. Kemudian saya bertanya, "Kenapa ya saya bisa nabrak?" Kelihatannya karena tidak fokus tadi, Pak. Kata beliau begitu. Saya coba mikir, apa iya saya nggak fokus? 

Kalau dipikir-pikir, bisa jadi memang iya. Saya nggak fokus. Terlalu banyak hal mau saya capai, akhirnya tidak ada yang betul-betul diraih secara maksimal. Orang bilang, "terlalu banyak maunya..." Mungkin itu kondisiku. Tapi, mau bagaimana lagi, sebagai ayah saya harus memikirkan banyak hal dan harus berjuang untuk membuka banyak jalan demi dapat rezeki bagi istri dan anak-anak saya yang mereka jadi tanggungan saya. 

Pada akhir tahun begini saya alhamdulillah telah mulai lagi membangkitkan semangat untuk menyelesaikan yang tertunda. Apa-apa yang telah saya mulai harus saya selesaikan. Untuk itu, saya juga harus berani untuk "berkata tidak" pada hal-hal yang tidak menjadi konsentrasi saya. Dulu semua hal akan saya ambil, saat ini saya harus memikirkan kembali hal itu. 

Menjadi pribadi pembelajar rasanya butuh fokus. Saya harus belajar untuk itu. FOKUS, FOKUS, dan FOKUS. Mungkin dengan sedikit mengambil jarak dari media sosial akan membuat saya lebih fokus. Sebagai gantinya, saya harus lebih dekat kepada teks jurnal akademik, publikasi, dan menghasilkan produk disertasi yang berkualitas baik. 

PS: Terima kasih untuk istriku yang menyediakan minuman hangat di atas meja. 

Kazakhstan from the Eyes of Indonesia: Understanding and Enhancing Long-Term Partnerships

Kazakhstan is known as the ‘Heart of Asia’. A country that is locked by the largest land in the world located in Central Asia. Kazakhstan is...